Kabul, Afghanistan (ANTARA) - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani memerlukan waktu tak lebih dari 20 menit untuk mempelajari rancangan kesepakatan antara Amerika Serikat dan Taliban mengenai penarikan ribuan prajurit AS dari negerinya.
Tapi pemilihan umum mendatang bisa menempatkan dia kembali ke inti pembicaraan guna mengakhiri beberapa dasawarsa perang.
Baca juga: Presiden Ghani bahas proses perdamaian dengan duta besar NATO
Apa yang ia baca di dalam rancangan tersebut, yang menjabarkan kesepakatan yang sekarang ambruk membuat Ghani dan para pejabatnya --yang tak diajak dalam pembicaraan oleh penolakan Taliban untuk berunding dengan apa yang pandang sebagai rejim "boneka" tidak sah-- sangat terguncang dan marah, kata seorang pejabat senior Kabul yang dekat dengan pemimpin Afghanistan tersebut.
"Tidakkah ini kelihatan seperti penyerahan diri kepada Taliban?" Ghani bertanya kepada Zalmay Khalilzad, diplomat veteran kelahiran Afghanistan yang memimpin perundingan buat Washington, dalam pertemuan kedua yang diselenggarakan sesudahnya, kata sumber yang hadir itu.
Baca juga: Ledakan dekat kampanye Presiden Afghanistan tewaskan puluhan orang
Kelompok garis keras tersebut --yang menguasai Afghanistan selama lima tahun-- telah menewaskan ribuan warga sipil dan prajurit Afghanistan sejak digulingkan oleh pasukan pimpinan AS pada 2001, dan serangan terus berlanjut selama perundingannya dengan Washington.
Sebagai tanggapan atas keraguan Ghani, pejabat itu mengatakan Khalilzad menjawa --sebagaimana dikutip Reuters, yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu, "Ini adalah kesepakatan terbaik yang pernah kami miliki."
Departemen Luar Negeri AS tak bersedia mengomentari pertemuan itu. Khalilzad tak bisa dimintai komentar.
Baca juga: Afghanistan umumkan hari berkabung, korban serangan Taliban bertambah
Sumber: Reuters
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019