Jika Fed memotong 25 basis poin, maka kami pikir ini akan menjadi yang terakhir sampai kami benar-benar melihat tanda-tanda resesi
New York (ANTARA) - Kurs dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah diperdagangkan pada kisaran sempit menjelang keputusan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), yang diperkirakan akan menurunkan suku bunganya.
Greenback juga tertekan oleh penurunan harga minyak dan penguatan euro.
Harga minyak turun sekitar enam persen pada Selasa (17/9/2019) setelah menteri energi Arab Saudi mengatakan kerajaan telah sepenuhnya memulihkan produksi minyaknya, menyusul serangan selama akhir pekan yang menutup lima persen dari produksi minyak global. Itu membalikkan beberapa kenaikan dolar pada Senin (16/9/2019) ketika investor bergegas ke aset safe-haven.
Euro naik 0,59 persen pada 1,1065 dolar AS, setelah survei berpengaruh menunjukkan kepercayaan investor Jerman yang lebih cerah. Indeks ZEW meningkat menjadi -22,5 pada September dibandingkan perkiraan -37 dan pembacaan -44,1 pada Agustus.
Thierry Wizman, analis suku bunga dan mata uang global di Macquarie Group, mengatakan dia melihat tawaran di pasar valas. "Mungkin itu sebabnya euro sedikit lebih baik di sini," katanya. "Anda juga memiliki beberapa data bagus di Eropa yang juga memicu sedikit reli euro hari ini."
Sementara banyak investor memperkirakan bank sentral AS akan mengumumkan penurunan suku bunga 25 basis poin setelah penutupan pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu waktu setempat, beberapa percaya itu mungkin merupakan penurunan suku bunga terakhir, untuk sementara tidak ada lebih banyak bukti perlambatan ekonomi AS.
"Jika Fed memotong 25 basis poin, maka kami pikir ini akan menjadi yang terakhir sampai kami benar-benar melihat tanda-tanda resesi," kata Ahli Strategi Brown Brothers Harriman dalam sebuah catatan.
Terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, greenback melemah 0,35 persen menjadi 98,266.
Suku bunga overnight, atau biaya untuk bank dan dealer Wall Street untuk meminjam dolar AS, naik menjadi 10 persen pada Selasa (17/9/2019), tingkat tertinggi sejak setidaknya Januari 2003, menurut data Refinitiv.
Analis mengaitkan pembayaran pajak perusahaan triwulanan dan penyelesaian 78 miliar dolar AS dalam pasokan utang pemerintah untuk lonjakan pada Senin (16/9/2019) dalam suku bunga di pasar perjanjian pembelian kembali.
"Pengetatan pendanaan pagi ini telah menempatkan beberapa tekanan ke atas pada awal dolar, tetapi itu tidak mungkin menjadi pendorong jangka panjang," kata Ahli Strategi Mata Uang Wells Fargo Securities, Erik Nelson di New York. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Harga emas naik 2 hari beruntun, investor beralih ke aset aman
Baca juga: Harga minyak anjlok 6 persen, Arab Saudi berhasil pulihkan pasokan
Baca juga: Saham di Wall Street naik, investor tunggu penurunan bunga The Fed
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019