Seoul (ANTARA News)- Seorang tawanan perang asal Korea Selatan (Korsel) melarikan diri dari Korea Utara (Korut) setelah 55 tahun dan sedang menunggu di sebuah negara ketiga untuk pulang ke kampung halamannya, kata seorang aktivis, Selasa. Pria berusia 78 tahun itu berada di sebuah konsulat Korsel setelah melarikan diri dari negara komunis itu 14 Juni, kata Choi Sung Yong yang mengatur penyelamatan itu kepada AFP. Pria itu ditangkap pasukan Korut tahun 1953 setelah mengalami luka tembak di lutut. "Ia bekerja sebagai penambang batu bara di provinsi Hamgyong Utara. Ia melarikan diri sendirian melalui China, meninggalkan istri dan anak-anaknya di rumahnya," kata Choi. "Ia sakit dan dikunjungi para pejabat Korsel," kata aktivis Korsel, yang telah mengatur paling tidak 10 pelarian sebelumnya. Choi tidak menjelaskan lebih jauh mengenai penyelamatan tawanan perang itu. Jika tertangkap di China, para pengungsi dari Korut akan dipulangkan dan menghadapi hukuman berat -- bahkan mungkin hukuman mati. Menurut data resmi 465 warga Korsel, sebagian besar nelayan, ditangkap dalam puluhan tahun Perang Dingin menyusul konflik Korea tahun 1950-1953. Korut membantah menahan warga-warga Korsel bertentangan dengan keinginan mereka, walaupun sejumlah mereka berhasil melarikan diri dan tiba di Korsel. Pyongyang juga mengizinkan sejumlah tawanan perang dan mereka yang diculik bertemu dengan keluarga Korsel mereka di Korut. Presiden baru Korsel Lee Myung Bak berjanji akan melakukan sikap lebih keras terhadap Pyongyang dan mendesak rejim itu memperbaiki catatan hak asasi manusianya.
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008