Semarang (ANTARA News) - Ketua DPP PDI Perjuangan, Tjahjo Kumolo, menilai angka golput yang masih tinggi di setiap pilkada di berbagai daerah dipicu oleh adanya titik kejenuhan dan kemiskinan yang semakin parah serta terjadi disorientasi masyarakat. "Hal ini membuat pola politik pemilu berubah, sehingga angka golput di beragai daerah pada pilkada seperti di Jateng mencapai 45 persen, dan Jabar sekitar 40 persen," kata Tjahjo, di Semarang, Selasa. Dikatakannya, Pilgub Jateng yang baru saja digelar menunjukkan angka golput yang cukup memprihatinkan, hal ini juga ada kecenderungan masyarakat mengalami kejenuhan dan tatanan ekonomi masyarakat saat ini semakin berat akibat berbagai kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat. Kebijakan itu, kata Tajhjo, benar-benar memberatkan rakyat, antara lain kenaikan harga BBM berdampak harga sembako naik, sehingga beban rakyat semakin berat. Hal ini juga memengaruhi pola politik berubah terjadinya golput. Di Jateng dalam pelaksanaan pilgub yang digelar 22 Juni 2008 ada 25,8 juta pemilih, tetapi yang golput sekitar 45 persen, sehingga perlu dicari solusinya agar Pemilu 2009 angka golput bisa ditekan. Untuk itu, kata dia, calon gubernur/wakil gubernur Jateng terpilih nantinya harus benar-benar mengutamakan program menekan angka kemiskinan dan pengangguran karena di Jateng angka kemiskinan masih tercatat sekitar 12 juta jiwa. Ia meminta, pasangan Bibit Waluyo-Rustriningsih yang diungsung PDI Perjuangan dengan memperoleh kemenangan mengumpulkan suara 44,45 persen harus konsisten untuk memacu Jateng dengan membuat kebijakan-kebijakan yang prorakyat. "Kemenangan Bibit Waluyo-Rustriningsih adalah kemenangan rakyat Jateng," kata Tjahjo yang juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI. Dengan demikian, menurut dia, tatanan ekomi masyarakat akan semakin meningkat dan tingkat kesejahteraan rakyat bisa terealisasi dengan baik karena obsesi Bibit-Rustri "Bali Desa, Bangun Desa" benar-benar bisa terwujud. (*)
Copyright © ANTARA 2008