New York, (ANTARA News) - Saham-saham AS berakhir "mixed" (beragam) pada Senin waktu setempat atau Selasa pagi WIB, menyusul penurunan besar pada akhir pekan lalu karena para investor bersiap untul sebuah pertemuan kebijakan suku bunga Federal Reserve di tengah perekonomian yang bermasalah. Sebagian besar ekonom memperkirakan bank sentral AS akan mempertahankan tingkat suku bunganya tak berubah pada 2,0 persen dalam pertemuan dua hari yang dimulai Selasa, meskipub baru-baru ini ketua the Fed, Ben Bernanke, membicarakan masalah inflasi. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun tipis 0,33 poin menjadi 11.842,36. Indeks komposit Nasdaq berkurang 20,35 poin atau 0,85 persen pada 2.385,74 sedangkan indeks Standard & Poor`s 500 naik tipis 0,07 poin (0,01 persen) menjadi ditutup pada 1.318,00. Ketiga indeks tersebut telah mengalami penurunan besar pada Jumat, dengan Dow jatuh di bawah 12.000 poin untuk pertama kalinya sejak Maret, di tengah kekhawatiran baru tentang sektor keuangan dan otomotif dan karena harga minyak terdorong naik. "Dengan harga minyak yang mencapai hamoir 140 dolar AS pada Juni, inflasi kemungkinan akan bergerak lebih tinggi dalam bulan-bulan mendatang," kata John Praveen, kepala investasi pada Prudential International Investments Advisers, dalam sebuah catatan briefing-nya. Para ekonom memperkirakan the Fed akan mempertahankan suku bunganya tetap pada pertemuan pekan ini. The Fed secara agresif telah menurunkan suku bunganya sejak September lalu, sebesar 3,25 persentase poin dalam upaya mendorong pertumbuhan, namun para pejabat menunjukkan indikasi siklus penurunan pasar keuangan telah berakhir, dan bahwa inflasi sekarang menjadi kekhawatiran terbesar. "Sayangnya, tidak bisa lebih banyak yang dilakukan the Fed untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi karena berlanjutnya krisis kredit dan tingginya harga minyak," kata Ed Yardeni, kepala strategi investasi Yardeni Research. "Tentu, pembayaran stimulus ekonomi akan terus mendorong belanja konsumsi pada Juni dan barangkali juga Juli. Pertanyaannya, setelah itu apa?" kata Yardeni, sehubungan dengan program stimulus ekonomi pemerintah senilai 168 miliar dolar AS. Kekhawatiran inflasi telah dipicu oleh tingginya harga minyak. Kontrak berjangka minyak utama New York ditutup naik 1,38 dolar AS pada 136,18 dolar AS per barrel pada Senin. Gedung Putih pada Senin, menyambut baik keputusan Arab Saudi meningkatkan produksi minyaknya namun menunjukkan sikap skeptisnya bahwa langkah tersebut akan berdampak banyak terhadap biaya energi di AS yang setinggi langit. Saham-saham terkait energi menguat karena harga minyak mentah masih tinggi. Saham ExxonMobil ditutup naik 3,3 persen menjadi pada 87,70 dolar AS, sementara Chevron naik 2,5 persen pada 99,06 dolar AS. Sektor keuangan masih di bawah tekanan. Citigroup berakhir turun 3,9 persen pada 18,55 dolar AS sementara Bank of America ditutu] turun 4,5 persen pada 25,88 dolar AS. Harga obligasi melemah karena imbal hasil (yield) pada obligasi pemerintah berjangka 10-tahun naik menjadi 4,168 persen dari 4,137 persen Jumat lalu dan obligasi berjangka 30-tahun meningkat menjadi 4,710 persen dari 4,702 persen. Harga dan yield obligasi bergerak berlawanan arah. Sementara saham-saham Eropa menguat, dipimpin perusahaan-perusahaan minyak seiring naiknya harga minyak, namun momentumnya terganjal data ekonomi zona euro yang negatif. Di London, indeks FTSE 100 naik 0,83 persen menjadi ditutup pada 5.667,20, sementara di Paris, indeks CAC 40 naik tipis 0,05 persen menjadi 4.511,37. Di Frankfurt, indeks Dax bertambah 0,17 persen menjadi berakhir pada 6.589,46.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008