"Kalau sama Jakarta dan Jawa Barat kita kalah ya wajarlah, tapi kalau sama Sulawesi Selatan ya harusnya jangan. Pada 'event' tahun ini, harus lebih baik, paling tidak jadi juara tiga," katanya di Semarang, Selasa.
Prestasi kontingen Jateng pada ajang Pomnas 2017 kurang menggembirakan karena hanya berada di urutan ke empat setelah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Sulawesi Utara.
Guna mencapai target tersebut, Gubernur Ganjar meminta agar Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata dan Komite Olahraga Nasional Indonesia Jateng untuk berpikir keras mempersiapkan atlet-atlet terbaiknya.
Selain penjaringan dan pembinaan atlet, lanjut dia, penggunaan teknologi dirasa sangat penting guna meningkatkan kualitas atlet.
"Saya rasa sekarang teknologi penting karena dengan teknologi, semua dapat diukur misalnya atletik, berapa kalori yang dibutuhkan, berapa proteinnya dan latihan apa yang paling baik. Negara maju lainnya sudah menggunakan teknologi itu, kita masih belum," ujarnya.
Orang nomor di Jateng itu juga mendorong agar keduanya menyiapkan sistem informasi olahraga yang baik untuk memetakan atlet dan pelatih di Jawa Tengah, cabang olahraga apa saja yang berprestasi serta mana yang perlu didorong.
"Politik olahraga itu penting untuk memetakan program ke depan. Jadi memang harus ada prioritas, mana cabor yang berpotensi berprestasi harus didorong, sambil cabor lain juga diperhatikan," katanya.
Ketua Badan Pembinaan Olahraga Mahasiswa Indonesia Jateng Abdurrahman menyebutkan bahwa Pomnas merupakan ajang berbagai cabang olahraga tingkat perguruan tinggi nasional dan rutin digelar dua tahun sekali.
"Tahun ini kami mengirimkan 287 atlet yang mengikuti seluruh cabang olahraga yang dipertandingkan, dimana ada 19 cabor yang dilombakan pada Pomnas 2019," ujarnya.
Baca juga: Jakarta tuan rumah Pomnas 2019
Baca juga: "E-sport" dipertandingkan di Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional XVI
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2019