Namun, ekonomi sirkular akan bisa berjalan baik dengan menggunakan pedekatan ESR yang mendorong kolaborasi semua pihak baik itu rumah tangga, komunitas, pemerintah dan swasta, jelas Sinta
Jakarta (ANTARA) - Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (PRAISE) berkomitmen menyiapkan program ekonomi sirkular untuk membantu pemerintah baik di Jakarta maupun kota-kota besar lain di Indonesia untuk mengelola sampah.
"Kami mendorong pemerintah untuk mengimplementasikan sistem penanganan sampah yang efektif dengan melibatkan extended stakeholder responsibility (ESR) dengan menggunakan sistem ekonomi silkular yang meningkatkan keterlibatan komunitas untuk pemilahan sampah, serta memanfaatkan sampah kemasan yang bisa digunakan kembali (reuse) oleh industri," kata Sinta Kaniawati, perwakilan PRAISE dalam keterangannya, Selasa.
PRAISE atau juga disebut Asosiasi Untuk Kemasan & Daur Ulang Bagi Indonesia yang Berkelanjutan beranggotakan enam perusahaan di Indonesia yaitu Coca Cola, Danone, Indofood, Nestle, Tetra Pak dan Unilever.
Baca juga: Waste4Change bantu kurangi sampah plastik dengan jasa pengelolaan
Sintan mengatakan berdasarkan laporan dari Ellen MacArthur, tanpa pemahaman ekonomi sirkular, 95 persen nilai ekonomis bahan kemasan termasuk plastik sekali pakai akan hilang. Sebaliknya dengan landasan ekonomi sirkular, 53 persen sampah contohnya di Eropa bisa di daur ulang dan menghasilkan uang.
Namun, ekonomi sirkular akan bisa berjalan baik dengan menggunakan pedekatan ESR yang mendorong kolaborasi semua pihak baik itu rumah tangga, komunitas, pemerintah dan swasta, jelas Sinta.
Penanganan sampah telah menjadi tantangan di Indonesia seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga dan kegiatan di sektor bisnis.
Baca juga: Tren emisi GRK naik, pengelolaan sampah harus lebih serius
Tahun ini, Indonesia menghasilkan 67 juta ton sampah, jumlah tersebut lebih tinggi dari rata-rata 64 juta ton per tahun dengan komposisi sampah organik (70 persen), sampah plastik yang sumber utamanya berasal dari kemasan makan minuman, kemasan consumer goods, kantong belanja dan pembungkus barang lainnya (20 persen) dan sampah industri lainnya seperti kaca, metal, karet (10 persen).
Melihat dampak lingkungan dan sosial yang terjadi akibat sampah, pemerintah menargetkan untuk melakukan 30 persen pengurangan sampah dan 70 persen penanganan sampah pada 2025.
Namun, saat ini kebijakan pengolahan sampah TPS3R yang dicanangkan oleh pemerintah masih mengalami kendala karena belum sepenuhnya menjalankan mekanisme pemilahan sampah sejak dari sumbernya dengan melibatkan semua pihak.
Baca juga: KLHK targetkan pengelolaan sampah 100 persen pada 2025
Metode ekonomi sirkular bisa memungkinkan sampah kemasan memiliki daya guna dan nilai ekonomis.
Di Indonesia, usaha daur ulang adalah salah satu wujud sirkular ekonomi secara bertanggung jawab. Namun, usaha daur ulang tersebut akan mengalami kendala tanpa proses pemilihan sampah yang benar.
PRAISE memiliki tiga bidang fokus utama dalam bermitra dengan pemerintah yakni advokasi, penelitian dan pendidikan, serta kemitraan dan kolaborasi.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019