Magetan (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magetan, Jawa Timur, mencatat sebanyak 8.522 warga di wilayah setempat mengalami krisis air bersih akibat sumur dan sungai yang menjadi sumber air telah kering saat musim kemarau tahun ini.
"Sesuai data, sejauh ini warga yang terdampak krisis air bersih akibat kekeringan di musim kemarau mencapai 8.522 jiwa. Jumlah itu meluas dari sebelumnya yang hanya 4.192 jiwa," ujar Kepala Pelaksana BPBD Magetan Ari Budi Santosa kepada wartawan, Senin.
Baca juga: ACT gelontorkan bantuan air bersih untuk warga Gresik
Berdasarkan pemetaan, ribuan warga terdampak krisis air bersih tersebut tidak hanya berada di Kecamatan Parang dan Karas saja. Namun telah meluas di Kecamatan Lembeyan, yakni di Desa Kediren dan Lembeyan.
Sedangkan di Parang, krisis air tidak hanya di Desa Trosono dan Sayutan, namun telah meluas ke Desa Mategal dan Pragak. Di Karas tidak hanya di Desa Kuwon, namun juga di Desa Subontoro.
Untuk mengatasi kesulitan air bersih yang dialami warga, BPBD setempat rutin melakukan pengiriman bantuan air bersih ke desa-desa krisis air.
Baca juga: BPBD Ngawi tunggu dana penanggulangan kekeringan dari Pemprov Jatim
"Dalam sehari sedikitnya sebanyak 24 truk tangki air bersih yang telah dikirim ke tempat warga terdampak," kata dia.
Untuk mempermudah distribusi air bersih tersebut, petugas tinggal mengisi tandon atau tangki yang sebelumnya sudah dipasang di desa yang mengajukan bantuan air. Warga kemudian berdatangan untuk antre mendapatkan air bersih tersebut.
Bagi desa yang belum terdapat tandon air, maka petugas bersama warga bergotong-royong memasang kolam terpal besar sebagai pengganti tandon air.
Warga memprediksi, kesulitan air bersih masih akan terjadi hingga beberapa bulan ke depan seiring berlangsungnya musim kemarau. Warga meminta bantuan air bersih dari pemerintah tersebut rutin dilakukan hingga masuk musim hujan mendatang.
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019