Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Senin pagi, cenderung stabil pada level Rp9.260/9.270 (sebelumnya Rp9.260/9.275), dipicu stabilnya dolar AS di pasar global. "Para pelaku pasar juga menunggu pertemuan dua hari bank sentral AS (The Fed) yang akan membahas mengenai kebijakannya terutama tingkat suku bunga, sehingga aktivitas pasar agak lesu," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Senin. Ia mengatakan, rupiah diperkirakan akan bisa menguat lagi di bawah angka Rp9.250 per dolar AS, meski saat ini cenderung stabil. Hal ini terpicu menurunnya harga minyak mentah dunia, setelah Arab Saudi menjamin akan meningkatkan kapasitas produksinya. Selain itu juga gejolak di negara pengekspor minyak mentah Nigeria yang terjadi selama ini telah mereda, sehingga mampu meningkatkan produksinya. Namun bertahannya harga minyak mentah itu, karena pasar saham regional melemah, seperti indeks nikkei turun 1,7 persen, akibat merosotnya bursa Wall Street. Meski demikian peluang rupiah untuk menguat masih tetap besar, akibat minat investasi dari negara-negara Timur Tengah dan Australia semakin besar, katanya. Direktur Utama PT Finance Corpindo, Edwin Sinaga mengatakan, meski peluang rupiah cukup besar untuk menguat lagi, namun rupiah akan sulit untuk bisa mencapai Rp9.000 per dolar AS. "Kami memperkirakan rupiah tidak mungkin bisa berada di angka Rp9.000 per dolar AS, karena untuk menuju arah kesana agak berat," katanya. Sementara itu dolar AS terhadap yen mencapai 107,31 yen, euro naik 0,1 persen menjadi 1,5624 yang didukung perkirakan bahwa bank sentral Eropa (ECB) akan menaikkan suku bunganya. Euro naik 0,1 persen terhadap yen menjadi 167,66 yen. (*)

Copyright © ANTARA 2008