Niamey, (ANTARA News) - Pemberontak yang dipimpin suku Tuareg di Niger menculik empat orang Prancis yang bekerja untuk pertambangan uranium yang dikelola Prancis, Minggu. Pemerintah Niger mengatakan bahwa keempat orang itu, yang bekerja untuk kelompok perusahaan nuklir Prancis Areva di pertambangan COMINAK di Arlit di wilayah utara negara tersebut, diculik oleh "bandit bersenjata" -- istilah yang digunakan pemerintah untuk menyebut pemberontak. Kelompok pemberontak Gerakan Keadilan Niger (MNJ), yang anggota-anggotanya di gurun meluncurkan pemberontakan tahun lalu di kawasan utara penghasil uranium, mengatakan, orang-orang Prancis itu ditangkap dalam serangan komando terhadap fasilitas COMINAK. Namun, pemerintah dan jurubicara Areva mengatakan, mereka diculik ketika sedang berjalan di kota Arlit. "Kami tidak melihat mereka di kota itu sekitar pukul 14.00, mereka tidak kembali untuk makan siang seperti biasanya," kata jurubicara Areva, Moussa Soeley kepada Reuters. MNJ mengatakan, mereka melakukan penculikan itu sebagai pesan bagi perusahaan-perusahaan pertambangan asing untuk menunjukkan bahwa pemerintah Niger tidak bisa memberikan perlindungan kepada operasi mereka di negara tersebut, yang merupakan salah satu penghasil utama uranium di dunia. "Orang-orang (yang diculik) ini tidak terancam bahaya dari MNJ, yang akan membebaskan mereka hari ini kepada Palang Merah jika diinginkan," kata kelompok pemberontak itu dalam sebuah pernyataan yang dipasang di situs beritanya, www.m-n-j.blogspot.com. Di Paris, jurubicara divisi pertambangan Areva Yves Dufour mengatakan, "Kami mengetahui bahwa mereka diculik oleh MNJ." Ketika ditanya apakah Areva telah menerima tuntutan dari gerakan pemberontak itu, Dufour mengatakan, "Tidak sama sekali. Satu-satunya informasi yang kami miliki mengenai MNJ adalah yang ada di situs mereka." MNJ menegaskan bahwa penculikan itu merupakan tanggapan atas janji terbuka pemerintah Niger sebelumnya bulan ini bahwa mereka akan memberikan perlindungan militer bagi invstasi-investasi asing yang meningkat dalam pertambangan uranium dan minyak.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008