Banjarmasin (ANTARA News) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, H.M. Jusuf Kalla yang juga Wakil Presiden Republik Indonesia, mengajak semua pihak agar mempercayakan penanganan dan pengungkapan kematian, Maftuh Fauzi, mahasiswa Universitas Nasional (Unas) Jakarta itu, kepada ahlinya dan pihak yang berkompeten. "Persoalan kematian mahasiswa Unas itu kita percayakanlah pada ahlinya dan yang berwenang," jawabnya singkat kepada sejumlah wartawan yang menghadangnya, usai membuka Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) III Partai Golkar Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dan sebelum menuju Bandara Syamsudin Noor untuk kembali ke Jakarta, di Banjarmasin, Sabtu malam sekitar pukul 23.00 Wita. Menurut dia, jawabannya mungkin kurang memuaskan, tapi cari itulah yang harus ditempuh agar tidak menimbulkan kesimpang siuran. "Namun kita juga turut prihatin atas musibah dan kematian yang menimpa mahasiswa Unas tersebut," demikian Jusuf Kalla sambil berjalan menuju mobil dengan didampingi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Kalsel, Haji Abdussamad Sulaiman Haji Basirun dari Hotel Rattan Inn untuk berangkat ke Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin. Sementara kasus kematian Maftuh penyebabnya masih ada beberapa versi, yaitu berdasarkan Ramah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, almarhum terkena virus HIV/AIDS, dan dari Rumah Sakit (RS) UKI menerangkan terdapat dua luka di kepala mahasiswa Unas itu. Sedangkan keterangan dari RS Margono, Kabupaten Kebumen dan Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah (Jateng), pada almarhum Maftuh menemukan dua luka memar di kepala, luka dijahit di dada, infeksi akut dan pembengkakan hati. Kematian Maftuh, yang dimakamkan di Kebumen, Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (21/6), salah satu dampak peristiwa aksi unjukrasa mahasiswa Unas Jakarta yang menentang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diberlakukan pemerintah terhitung 24 Mei 2008. Oleh karenanya, sejumlah mahasiswa Unas Jakarta menuding, kematian rekannya tersebut disebabkan kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian yang melakukan penyerangan ke kampus mereka terhadap pengunjukrasa yang mementang/menolak kenaikan BBM tersebut. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008