Surabaya (ANTARA News) - Kelompok musik "Riau Rythm Chambers Indonesia" meramaikan "Surabaya Full Music" (SFM) hari keempat yang digelar Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) di gedung Cak Durasim, Surabaya, Sabtu (21/6) malam. Kelompok yang didukung sembilan pemain dengan komposer Rino Dezapaty itu memainkan komposisi, "TheAdventure`s", "Rhythm Of Joget Dangkong", "Lukah Gile" dan "Hoyak Tacobuar" dengan alat berupa, biola, gitar, piano, marimba, degeeredo, bebao (gendang Melayu) dan bass. Menurut Humas SFM 2008, Rokimdakas, karya "TheAdventure`s" bercerita tentang seorang pria yang suka membual atau berbicara dengan cerita dikarang sendiri untuk membuat kelucuan dan hal ini sudah menjadi legenda di masyarakat Bengkalis. "Untuk `Rhythm Of Joget Dangkong` menceritakan seorang tukang joget yang menjadikan penari-penarinya sebagai simbol untuk hiburan masyarakat kepulauan melayu Riau untuk mendapatkan uang saweran," katanya. Sementara "Lukah Gile" adalah, lukah sebagai alat menangkap ikan di laut atau sungai. Ini adalah tradisi masyarakat melayu pulau dalam menangkap ikan dengan membuat lukah dan bisa bergerak menari saat membacakan mantera dengan bunyi, "ya banding ya lukah, tematu tumbuh di lembah". "Untuk `Hoyak Tacobuar` adalah pemberi semangat pada saat pacu jalur atau lomba dayung sampan. Tradisi musik ini berbeda dari Sumatera Barat karena musik Riau ini lebih di dominasi oleh biola," katanya. Selain dari Riau, kelompok musik dari Pandaan, Pasuruan, "Air" dan Aliansi Seni Surabaya (Asa) juga tampil dalam ajang tahunan itu. Grup Air membawakan "Gending Kala Cakra" dengan durasi sekitar 25 Menit. Sementara kelompok Asa membawakan kompoasisi, "Emos", "Prahara", "Imajinasi" dan "Asimilasi". Kelompok yang dimotori musisi Surabaya, Solichin Jabbar (keyboard) ini didukung oleh Hari Solas (perkusi), Tohir (suling, seronen), Haris (bass), Upik (perkusi) dan Ferdi (Kendang). (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008