Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengungkapkan bahwa Presiden Soekarno begitu sangat legendaris bagi masyarakat Uzbekistan. Kelegendarisan Bung Karno bagi mereka ini berkaitan dengan kisah ditemukannya makam Imam Bukhari, seorang perawi nabi yang sangat termasyur di kalangan umat Islam.

Basarah, dalam keterangan tertulisnya, diterima di Jakarta, Senin, menyebut kepopuleran nama Presiden Soekarno di Uzbekistan, suatu negara di Asia Tengah pecahan Uni Soviet yang penduduknya mayoritas beragama Islam ini, karena Bung Karno orang yang meminta pemerintah komunis Soviet agar menemukan makam imam besar itu.

Berkat jasa Soekarno, saat ini komplek makam Imam Bukhari yang terletak di desa Hartang, sekitar 25 kilometer dari Samarkand, telah menjadi salah satu wisata umat Islam seluruh dunia.

Kebesaran nama Soekarno tidak hanya dikenal di seluruh penjuru Indonesia, namun menggema di seluruh dunia. Ia dikenal sebagai sosok pemimpin berani, tegas, kharismatik dan tidak mudah diatur negara manapun.

Tidak hanya bagi bangsa Indonesia, kisah kepahlawanan Bung Karno juga dirasakan bagi umat Islam di dunia. Salah satunya di Uzbekistan dan kisah itu bukan hanya cerita fiksi.

Saat rombongan delegasi MPR menginjakkan kaki pertama kali di Bandar Udara Internasional Tashkent, ibu kota Uzbekistan, nama Soekarno-lah yang pertama kali disebut ketika delegasi memperkenalkan diri dari Indonesia.

Salah satunya adalah Elyas, seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang langsung menyebut nama Soekarno ketika berjumpa dengan delegasi yang akan menyampaikan sosialisasi Empat Pilar MPR kepada masyarakat Indonesia yang ada di Uzbekistan.

Soekarno, kata Elyas, sangat melekat bagi masyarakat Uzbekistan karena dipandang memiliki jasa besar dalam menemukan makam Imam Bukhari. Elyas dan pemuda Uzbekistan mengetahui nama dan jasa Soekarno dari orang tua dan membaca buku-buku yang diterbitkan di Uzbekistan.

Sejarah Soekarno dengan bangsa Uzbekistan dimulai ketika paska Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Pemerintah Soviet mengundang Presiden Soekarno untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow.

Saat itu, Soekarno sadar, sebagai Presiden Indonesia yang dianggap sebagai pemimpin negara-negara Non Blok harus bersikap netral terhadap Blok Timur maupun Blok Barat.

Tapi pada sisi lain, Soekarno juga menyadari bahwa Indonesia butuh dukungan Soviet untuk melegitimasi eksistensi negara-negara non-blok dan kesepakatan yang telah dicapai dalam Konferensi Asia Afrika I 1955.

Soekarno juga menyadari membutuhkan dukungan Soviet untuk menghadapi berbagai upaya negara-negara Barat yang masih terus berusaha menjajah dan menguasai kembali Indonesia.

Sementara itu, Soekarno mafhum bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah beragama Islam sehingga tidak mungkin Indonesia akan ikut blok timur yang dipimpin oleh negara komunis Uni Soviet.

Situasi itu yang oleh Soekarno disiasati dengan sangat cerdas dengan mengajukan syarat atas rencananya memenuhi undangan Pemerintah Soviet dengan meminta dicarikan/ditemukan makam Imam Bukhari seorang perawi Nabi Muhammad SAW yang amat termasyhur itu.

Kata Soekarno kepada pemimpin Uni Soviet saat itu, Nikita Krushchev, "Aku sangat ingin menziarahinya".

Menurut Israil, muazim Masjid Imam Bukhari, menjelang kedatangan Bung Karno pada 1956, kondisi makam tidak terawat dengan baik dan berada di semak belukar hingga akhirnya pemerintah Soviet membersihkan dan memugar makam tersebut untuk menyambut kedatangan Soekarno.

Penghormatan Soekarno terhadap Imam Bukhari dilakukan dengan cara melepas sepatu dan berjalan merangkak dari pintu depan menuju makam ketika turun dari mobil yang mengantarnya.

“Presiden Soekarno merangkak menuju makam lalu memanjatkan doa dan dilanjutkan sholat serta membaca Al-Quran," kata Israil.

Keterangan tersebut diperkuat Muhammad Maksud, penjaga makam Imam Bukhari, bahwa atas jasa Presiden Soekarno, komplek makam Imam Bukhari kini dipugar hingga terlihat sangat megah seperti saat ini. Sehingga, komplek makam seluas 10 hektar ini menjadi wisata bagi umat Islam di dunia setelah makam Nabi Muhammad SAW di Madinah.

Basarah yang juga ketua delegasi saat mengunjungi makam Imam Bukhori (Sabtu,14/9) mengatakan kunjungannya bersama delegasi adalah untuk melanjutkan silaturahmi yang pernah dilakukan Presiden Soekarno pada 1956 dan 1961.

Saat berkunjung ke Samarkand, Basarah juga menyampaikan amanah Presiden kelima Indonesia Megawati Soekarnoputri yang juga putri tertua Presiden Soekarno yang berpesan agar bangsa Indonesia menghormati Imam Bukhori sebagai seorang perawi Nabi Muhammad SAW yang hadist-hadistnya menjadi rujukan umat Islam sedunia.

Basarah berharap hubungan baik antara Uzbekistan dengan Indonesia baik pemerintah Indonesia dengan pemerintah Uzbekistan maupun masyarakat Indonesia dengan masyarakat Uzbekistan yang khususnya mayoritas beragama Islam.

"Hubungan kedua negara dapat ditingkatkan dengan kerjasama kebudayaan dan pariwisata, salah satunya menjadikan makam Imam Bukhari sebagai destinasi wisata religi masyarakat muslim Indonesia dan sebaliknya makam-makam tokoh-tokoh yang menyiarkan Islam di Indonesia seperti Wali Songo juga dapat menjadi destinasi wisata religi masyarakat Uzbekistan ke Indonesia selain destinasi wisata lainnya seperti Bali, Pulau Komodo dan lain lain", kata Basarah.

Delegasi MPR lain yang hadir dalam acara tersebut antara lain, Zainut Tauhid (PPP), Bachtiar Aly (Nasdem), Hamka Haq, (PDIP), M. Toha (PKB), Safrudin (PAN), Deding Ishak (Golkar) dan Adrianus Garu (DPD RI).

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019