Punduh Pedada, Lampung (ANTARA News) - Para petani di perdesaan Provinsi Lampung yang lahan sawahnya kekeringan dan gagal menanam padi sawah musim rendeng (penghujan) awal 2008, mengaku semakin was-was dan dihantui bakal kekurangan pangan, khususnya beras, mengingat stok kian menipis, sementara harganya di pasaran kian melambung."Warga di sini mulai was-was setelah gagal menanam padi sawah karena lahannya tidak ada airnya, bahkan sekarang sudah bayak warga yang mulai membeli beras dengan harga makin mahal," kata seorang warga Desa Kampungbaru, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, Roni (43), Sabtu.Dia menjelaskan, banyak petani desa yang berjarak sekitar 65 Km dari Kota Bandarlampung itu mengaku cadangan (stok) atau simpanan padi gabah di lumbung padinya sudah menipis, bahkan banyak yang sudah lama habis.Keluarga Ilyas, misalnya, dengan tujuh orang anak, yang semula memiliki hasil panen satu setengah ton gabah, kini tinggal tersisa sekitar dua karung, akibat tidak bisa menanam padi musim rendeng awal tahun 2008."Cadangan gabah di rumah sekarang tinggal dua karung, mungkin mulai Agustus nanti kami sudah membeli beras," kata petani itu. Roni menjelaskan, biasanya petani di sana banyak yang menjual gabah karena musim panen, tetapi sekarang kebalikan malah sudah banyak yang membeli beras karena tidak bisa menanam padi. Kondisi tersebut sangat menyulitkan kehidupan keluarganya, karena selama ini petani sangat mengandalkan penghasilan dan bahan makan dari bercocok tanam padi. Sejumlah petani sawah pada sejumlah desa di Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung itu banyak yang gagal menggarap lahannya untuk ditanami padi musim rendeng (penghujan) awal 2008, karena lahannya masih kering. "Sampai sekarang sawah warga di sini kebanyakan masih kering, tidak ada air sama sekali, padahal petani di tempat lain sudah banyak yang panen bahkan mau menanam lagi padi gadu. Selama saya tinggal di sini, baru ini kami sudah setahun tidak bisa tanam padi sawah," kata Ilyas (58). Petani tujuh anak dengan lahan sawah sekitar tiga hektare itu mengaku baru untuk pertamakalinya di tahun 2008 ini pihaknya tidak bisa menanam padi musim penghujan (rendeng), karena sebelumnya kalau tidak bisa menanam dua kali setahun, paling tidak sekali setahun masih bisa. "Sekarang jangankan mau tanam dan panen padi dua kali setahun, sekali saja sudah terbukti tidak bisa," katanya. Mereka sebelumnya sudah lama mengharapkan bantuan dari pemerintah kabupaten, provinsi, dan pemerintah pusat untuk membuatkan sumur bor agar bisa dapat air untuk menggarap lahannya sehingga bisa ditanami padi serta palawija dua kali setahun. Khusus di Desa Kampungbaru, lahan sawah yang biasanya ramai digarap sekitar 100 warga itu mencapai 150 hingga 200 hektare.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008