Kathmandu (ANTARA News)- Nepal dilanda konflik politik, Sabtu setelah kelompok Maois mengundurkan diri pemerintah sementara negara republik baru itu dan menuntut pengunduran diri perdana menteri.Bekas pemberontak Maois Nepal keluar dari pemerintah Jumat malam, menuduh satu partai saingannya tetap mempertahankan kekuasaan kendatipun kalah dalam pemilu bersejarah di negara kaki gunung Himalaya itu dua bulan lalu."Perdana Menteri Girija Prasad Koirala harus mundur untuk membuka jalan bagi pembentukan sebuah pemerintah baru," kata pejabat senior Maois Dinanath Sharma kepada AFP setelah kelompok ultra kiri itu mengumumkan pengunduran diri mereka.Nepala menghapuskan monarkinya tiga minggu lalu , tetapi dua partai paling berkuasa-- Maois dan Kongres Nepal yang dipimpin perdana menteri itu tidak dapat mencapai satu kesepakatan mengenai pembagian kekuasaan.Maois, yang menguasai parlemen baru yang dipilih April, mengatakan mereka mempunyai hak memimpin pemerintah dan memilih seorang presiden baru. Mereka mengatakan pertengkaran itu menghambat parlemen memulai kerja menyangkut tugas utamanya menyusun kembali konstitusi Nepal. "Majelis konstituante tidak dapat memulai menyusun satu konstitusi baru karena masalah-masalah pembagian kekuasaan ini," kata Sharma. Para pejabat Kongres Nepal mengatakan Koirala-- yang dianggap banyak pihak sebagai arsitek perjanjian perdamaian yang mengakhiri perang saudara berdarah yang dilancarkan Maois dan mengantarkan pembentukan republik baru itu-- berhak menjadi presiden pertama Nepal. "Keputusan Maois itu mengejutkan kami, krisis politik mendalam tetapi itu tidak berarti kami tidak bisa mencari penyelesaian," kata jurubicara Kongres Nepal Arjun Nasingh Khatri Chettri. Peran presiden adalah sangat penting karena orang yang menduduki jabatan itu diharapkan menjadi panglima angkatan bersenjata. Kebuntuan ini menimbulkan keadaan yang tidak menentu, tetapi kami selalu siap untuk mencapai satu konsensus melalui saling pengertian," kata pejabat Maois Sharma.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008