Singapura (ANTARA News) - Harga minyak turun di perdagangan Asia, Jumat, menyusul pernyataan China bahwa pihaknya menaikkan harga bahan bakar domestik dan pengumuman Arab Saudi yang akan menambah produksinya dengan 200 barel per hari mulai Juli. Arab Saudi, produsen minyak terbesar dunia anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), mengatakan rencananya menaikkan produksinya setelah sebelumnya menambah produksinya dengan 300.000 barel per hari. Pengumuman tersebut muncul karena perusahaan raksasa minyak Inggris-Belanda, Shell mengatakan bahwa pihaknya menutup sebuah ladang minyak lepas pantainya di Nigeria yang berkapasitas 200.000 barel per hari, setelah serangan yang dilakukan para pemberontak. Kontrak acuan berjangka minyak mentah New York jenis light sweet pengiriman Juli turun 56 sen pada posisi 131,37 dolar per barel. Pada Kamis harga turun 4,75 dolar menjadi 131,93 dolar di New York Mercantile Exchange (Nymex). Minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman Agustus turun 13 sen pada posisi 132,00 dolar di London. China akan meaikkan harga minyak solar dan bensin dengan lebih dari 16 persen mulai Jumat (20/6) untuk mengurangi kesenjangan, menyysul melonjaknya harga minyak internasional, kantor berita China, Xinhua melaporkan. Para pejabat finansial dunia khawatir dengan harga minyak saat ini -- yang telah melonjak mencapai hampir 140 dolar per barel pada Senin lalu -- menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi dunia karena akan memicu inflasi tinggi yang mengakibatkan bank-bank sentral menaikkan tingkat suku bunganya. Arab Saudi diperkirakan belum akan mengumumkan kenaikan produksinya sampai berlangsungnya pertemuan tingkat tinggi para produsen dan konsumen minyak di Jeddah 22 Juni mendatang guna membicarakan harga minyak yang terus melonjak. Harga tersebut diumumkan pada laman internet kedutaan Arab Saudi di London. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008