Basel, (ANTARA News) - Luiz Felipe Scolari berpendapat sebuah "blunder" besar telah dilakukan oleh wasit Peter Frojdfelt yang merugikan Portugal sehingga gagal merebut tempat di semifinal Euro 2008.
Tugas terakhir Scolari sebagai pelatih Portugal itu berakhir dengan kekalahan 2-3 di perempatfinal oleh Jerman, yang gol ketiga Jerman tercipta melalui sundulan Michael Ballack setelah dia lebih dulu mendorong Paulo Ferreira. Ini drama duka yang diterima Scolari, sebelum hengkang ke Chelsea setelah menangani Portugal.
Gol tersebut membuat Jerman unggul 3-1 saat Portugal tengah menekan berusaha menyamakan kedudukan dan Scolari mengatakan wasit asal Swedia itu seharusnya menyatakan hal itu pelanggaran, meskipun dia mengakui timnya juga melakukan kesalahan dalam menghadapi bola-bola mati yang mengantar dua dari tiga gol lawan ke gawang mereka.
"Sebelumnya kami pikir Jerman akan menjadi juara grup dan sebagai peringkat teratas di grup, kami tidak akan menghadapi mereka sampai semifinal," kata Scolari.
"Ternyata Jerman berada di posisi kedua dan kami harus menghadapi tim dengan kualitas, khususnya dalam tendangan bebas yang sangat menentukan pertandingan tersebut.
"Apa yang salah? salah satunya situasi bola mati dan ada hal lain yang tidak berjalan dengan benar. Kami sudah menunjuk pemain khusus untuk menjaga Ballack dan para pemain lainnya, namun mereka mengubah siapa yang mereka jaga pada saat tendangan bebas dan Jerman banyak memanfaatkan hal itu," katanya.
Menyangkut gol ketiga yang kontroversial, Scolari mengatakan," Saya tidak ingin mengatakan kalau Jerman diuntungkan dari hal itu namun semua layar tv memperlihatkan kalau Ballack dengan jelas mendorong pemain kami. Sayangnya wasit tidak melihat hal itu dan kami berhenti."
"Saya tidak tahu seandainya hal itu akan mengubah pertandingan. Kami bisa kalah 1-2 namun saat kami tengah menekan lawan dan kami kebobolan gol ketiga, kami harus memulai kembali, sementara lawan kami lebih baik lagi," katanya.
"Saya tidak bisa menjamin hal itu akan mengubah sesuatu namun jika itu suatu pelanggaran, itu harus diberikan oleh wasit."
Namun keluhan Scolari itu dikesampingkan oleh asisten pelatih Jerman Hansi Flick, yang mengarahkan pemain setelah Joachim Loew dilarang mendampingi timnya.
"Saya pikir kami tidak harus memikirkan hal itu lagi. Kami menang 3-2 dan pertandingan sudah berakhir. Apakah itu pelanggaran atau bukan, itu bukan masalah bagi saya sekarang," kata Flick.
Flick memuji bintang lapangan pertandingan itu Bastian Schweinsteiger, yang kembali bermain lagi setelah diganjar kartu merah pada fase grup, yang mencetak gol pembuka dan turut andil dalam dua gol lainnya.
"Dia berjanji untuk bermain dengan penampilan luar biasa dan dia menepatinya," kata Flick.
Dengan Loew hanya bisa berada di kursi penonton, tidak ada peluang yang terbuang.
"Kami sudah merencanakan segalanya sampai ke detik terakhir dan pada akhirnya kami berhasil menjalankan rencana itu dengan relatif mudah," kata Flick.
"Kami berjuang dari awal hingga menit terakhir dan kami bangga dan senang. Jerman merupakan tim turnamen sesungguhnya dan akan bisa sangat fokus saat genting," katanya.
Sementara itu meski dia kecewa dengan cara bertahan yang dilakukan para pemainnya, Scolari menerima tanggung jawab atas tersingkirnya skuad dia dari turnamen itu.
"Saya bertanggung jawab dalam pemilihan pemain dan taktik, sehingga orang yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Portugal ke empat besar adalah pelatih."
"Hal itu membuat saya sangat sedih karena kami sebelumnya sudah cukup bagus untuk bisa berada di empat besar. Kami melakukan beberapa kesalahan namun secara umum apa yang sudah pemain lakukan, memuaskan saya dan saya bangga bekerja dengan mereka," kata Scolari, demikian AFP.
Scolari juga menolak anggapan kalau pengumuman kepergiannya ke Chelsea mempengaruhi nasib Portugal.
"Jika saya tidak mengumumkannya, kami akan kalah juga. Kami kalah karena kami tidak melakukan sesuatu dengan tepat atau dengan kualitas yang lebih baik. Tidak ada yang dapat dilakukan dengan hal itu," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008