Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antar-bank sesi Kamis sore turun tajam menjadi Rp9.287/9.290 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.276/9.285. "Para pelaku pasar cenderung meningkatkan aksi lepas rupiah ketimbang membeli, setelah menguat tajam mencapai angka Rp9.276 per dolar AS," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, rupiah sepanjang hari ini mendapat tekanan pasar, namun posisinya masih di bawah angka Rp9.300 per dolar AS yang dinilai cukup aman. Jadi koreksi harga terhadap rupiah saat ini tidak perlu dikhawatirkan, hanya sementara, karena rupiah masih mempunyai peluang untuk menguat lagi, katanya. Pelaku pasar, lanjut dia, juga masih menunggu rencana bank sentral AS (the Federal Reserve/the Fed) yang akan menaikkan suku bunga (Fedfund) sebesar 25 basis poin. Apabila tingkat suku bunga AS itu jadi dinaikkan maka selisih bunga antara rupiah dan dolar AS akan semakin lebar. Kalau suku bunga AS naik, rupiah diperkirakan akan bergerak turun, karena pelaku cenderung membeli dolar AS mengingat tingginya suku bunga itu yang saat ini mencapai 2,00 persen, tuturnya. Rupiah yang menguat hingga dibawah Rp9.300 per dolar AS mendapat dukungan positif akibat aksi pemerintah yang menawarkan obligasi di luar negeri. Dengan masuknya dolar AS ke pasar domestik mengakibatkan rupiah naik tajam yang diperkirakan akan bisa mencapai angka Rp9.250 per dolar AS, ucapnya. Posisi rupiah saat ini tertekan akibat melemahnya bursa Wall Street AS yang menekan bursa regional seperti indeks Nikkei, Jepang yang turun 2 persen. "Kami optimistis tekanan pasar yang tidak besar akan mendorong rupiah kembali menguat pada hari berikut, karena sentimen pasar masih positif berkat masuknya investor asing yang ingin meningkatkan penempatan dananya di pasar domestik," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008