Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Kota Bandarlampung menyatakan bahwa stok beras di kota berjuluk Tapis Berseri tersebut masih terbilang aman hingga datangnya musim penghujan.
"Kebutuhan sembako masyarakat lebih dari cukup pada musim kemarau ini khususnya beras," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Bandarlampung, Kadek Sumartha,"Jumat.
Dia mengatakan, walaupun stok komoditas utama masyarakat itu dapat tercukupi namun pihaknya tetap akan membeli beras dari para petani untuk mengantisipasi apabila kemarau ini akan lebih panjang dari prediksi BMKG.
Menurut dia, apabila kemarau di Lampung berlangsung lebih panjang dari prediksi BMKG kemungkinan harga beras akan mengalami kenaikan. Oleh sebab itu Pemkot Bandarlampung pada akhir September 2019 akan membeli beras untuk stok pangan warga di kota ini.
"Itu upaya kita agar inflasi pada komoditi ini tidak terlalu tinggi ketika kemarau berlangsung panjang," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kota Bandarlampung Adiansyah mengatakan harga beras di pasar masih relatif stabil begitu pula dengan harga komoditas lainnya.
"Harga beras relatif normal ada kenaikan tapi tidak tinggi berkisar RP200 - 500 per kilonya," kata dia.
Sedangkan lanjut dia, untuk harga cabai merah yang sempat tinggi berkisar Rp70.000 - 80.000 saat ini harganya turun menjadi Rp40.000 dan stok bawang merah dan putih juga masih aman untuk wilayah Kota Bandarlampung.
Sementara itu Dedeh salah seorang pedagang beras di Pasar Tamin Bandarlampung mengatakan bahwa harga beras saat ini berangsur naik meski kenaikan tidak terlalu tinggi.
"Kalo stoknya masih cukup banyak, tidak kekurangan tapi sudah seminggu ini harganya mulai naik dari Rp200-500 perkilo," kata dia.
Dia menyebutkan, beras dengan kualitas satu naik dari Rp9.000 menjadi Rp9.500 per kilogram, beras kualitas dua naik dari Rp10.000 sekarang Rp10.500 dan beras kualitas super naik dari Rp11.500 saat ini jadi Rp12.000 per kilogram.
Baca juga: Bulog Lampung miliki stok 62.000 ton beras
Baca juga: Pakar : Produksi beras tahun 2019 diperkirakan turun akibat kekeringan
Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019