Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank masih di bawah angka Rp9.300 per dolar AS, meski pagi ini melemah, karena pelaku pasar melakukan aksi lepas mata uang lokal itu untuk mencari untung (profit-taking). "Koreksi terhadap rupiah relatif kecil sehingga posisinya masih di bawah angka Rp9.300 per dolar AS, akibat masuknya dana asing ke pasar domestik," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Kamis. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah menjadi Rp9.282/9.288 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya pada level Rp9.276/9.385 per dolar atau turun enam poin. Rupiah mampu menembus angka Rp9.300 per dolar AS, menyusul penjualan obligasi di luar negeri yang disambut masyarakat luar negeri. "Namun kenaikan rupiah itu dikhawatirkan tidak akan bertahan lebih lama, apabila rencana Bank Sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga AS terjadi," katanya. The Fed diperkirakan dalam waktu dekat akan menaikkan suku bunga Fedfund sebesar 25 basis poin pada Agustus mendatang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin melemah. Meski demikian rupiah diperkirakan akan bisa mencapai angka Rp9.250 per dolar AS, dan kemungkinan sulit untuk bisa mendekati angka Rp9.000 per dolar AS, katanya. Ia mengatakan, rupiah juga mendapat tekanan dari melemahnya bursa regional seperti indeks Nikkei, Jepang yang turun tajam 2 persen menjadi 1.387,24 poin, akibat menguatnya yen terhadap dolar AS. Dolar AS terhadap yen turun 0,2 persen menjadi 107,65 yen dan euro melemah 0,2 persen menjadi 1,5565 dolar AS. "Kami optimis tekanan pasar yang tidak besar akan mendorong rupiah kembali menguat, karena sentimen positif pasar masih muncul terutama dengan penjualan obligasi, akibat masuknya dolar AS ke pasar domestik," katanya. Penguatan euro terhadap dolar AS dipicu pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) yang memperkirakan ECB akan menaikkan suku bunganya pada Juli mendatang, katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008