Jakarta (ANTARA News) - Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2009 akan mencerminkan kebijakan energi Indonesia, dengan dimasukkannya asumsi energi di luar minyak seperti gas. "Urgensinya untuk penunjukan energy policy kita. Kita tidak hanya berkonsentrasi pada minyak, tetapi juga gas karena gas juga memberikan penerimaan bagi APBN," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu, Anggito Abimanyu, usai rapat tertutup panitia kerja (panja) Panitia Anggaran DPR di Jakarta, Rabu malam. Menurut Anggito, gas juga bisa menghemat subsidi sehingga perlu langkah-langkah optimalisasi pengelolaannya, dengan memasukkannya sebagai asumsi dalam APBN. Ia juga memastikan adanya tambahan penerimaan negara dari gas, apalagi dengan volume ekspor gas yang cukup besar. "Berapa besar jumlah penerimaannya saya tidak tahu pasti, karena itu kan ada kontrak yang bermacam-macam, tidak seperti minyak yang lebih simpel," katanya. Ia menyebutkan, selama ini pemerintah sudah memperhitungkan produksi gas sebagai referensi untuk menghitung penerimaan negara, namun belum terlalu detil, apalagi menjadi asumsi tersendiri. Menurut Anggito, tujuan memasukkan asumsi terkait gas juga untuk transparansi kebijakan energi, sehingga terbuka bagi publik dan akhirnya menarik investasi di bidang itu. "Jadi pemerintah tidak hanya fokus pada minyak saja, tapi gas juga. Potensi gas kita cukup besar, minat investasi juga cukup besar, sementara untuk batubara penerimaannya tidak banyak, batubara lebih dipergunakan untuk pembangkit listrik," katanya. Ketika ditanya apakah sudah dapat dipastikan asumsi gas sudah dapat masuk dalam APBN 2009, Anggito mengatakan sebenarnya tidak sulit untuk memasukkan asumsi itu. "Tapi nanti kita lihatlah, kita minta menteri ESDM melakukan perhitungan," katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008