Serang (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, yang meletus Kamis dini hari tertutup kabut tebal sehingga tidak terlihat jelas semburan bebatuan pijar berwarna kemerahan. "Hampir satu bulan lebih kondisi Gunung Anak Krakatau tertutup kabut tebal," kata Petugas Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang, Banten, Jumon, Kamis. Menurut dia, akibat tertutup kabut pihaknya sudah tidak melihat kembali semburan material kerikil disertai asap ke udara. Padahal, bunyi suara letusan Gunung Anak Krakatau hingga terdengar ke pesisir pantai Anyer. Dua bulan lalu petugas, ujar dia, di Pos Pemantauan Desa Pasauran, sering kali melihat keindahan letusan Anak Krakatau hingga mengeluarkan bebatuan pijar berwarna kemerahan. Akan tetapi, hingga kini belum juga muncul sehubungan memburuknya cuaca di perairan Selat Sunda. Saat ini, di perairan Selat Sunda masih terjadi gelombang besar hingga ketinggian 1,5 meter juga tiupan angin kencang. Selain itu, lanjut dia, kawasan Gunung Anak Krakatau diselimuti kabut tebal. "Kalau dilihat dari jarak dekat, Gunung Anak Krakatau terlihat jelas menyemburkan sinar api berwarna kemerahan ke udara ,"katanya. Namun demikian, letusan dan kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau tidak menimbulkan gelombang tsunami. Karena itu, warga pesisir pantai tak begitu panik adanya aktivitas letusan gunung ,sekalipun bunyi dentuman keras hingga dirasakan getaranya ke darat. Letusan tahun ini,tambah dia, tidak seperti tahun 1883 yang menewaskan 36 ribu lebih warga pesisir Provinsi Banten dan Lampung. Selama ini, tambah dia, Gunung Anak Krakatau aman dikunjungi. Namun ,dilarang mendekati titik letusan karena berbahaya terkena lontaran bebatuan panas. "Wisatawan hanya diperbolehkan dengan radius dua kilo meter berdasarkan ketetapan Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG)," ujarnya. Data Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang sepanjang Rabu pukul 00-24 Wib tercatat sebanyak 721 kali yakni vulkanik dalam 55 kali, vulkanik dangkal 218 kali, letusan 208 kali, tremor 14 dan hembusan sebanyak 226 kali.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008