Pekanbaru (ANTARA) - Pencemaran kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kota Pekanbaru yang makin parah membuat Ibukota Provinsi Riau itu menguning, sehingga sejumlah warga kota mulai mengungsi demi kesehatan mereka.

“Kami putuskan ke Jakarta karena gak tahan asapnya (Pekanbaru),” kata seorang warga, Sylviawati (27) ketika ditemui di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Jumat.

Ia mengatakan kualitas udara sudah sangat buruk akibat kabut asap. Selain bau asap menyengat menyesakkan pernafasan, penampilan Kota Pekanbaru juga tidak lagi cerah melainkan menguning karena asap makin pekat.

Dia dan suaminya memutuskan meninggalkan Pekanbaru karena mempertimbangkan kesehatan dua anak mereka yang masih kecil-kecil. “Mungkin di Jakarta sekitar 10 hari, lagi pula anak sekolah juga sudah diliburkan,” katanya.

Selain mengungsi ke Jakarta, warga Pekanbaru juga ada yang memilih pergi ke Provinsi Sumatera Barat. Seorang warga Irfan (36), mengatakan mengungsikan isteri dan dua anaknya ke Kota Payakumbuh.

“Saya sudah telepon keluarga di Payakumbuh, di sana matahari masih bersinar terang dan langit masih biru,” katanya.

Baca juga: Kabut asap makin pekat, Dinkes Pekanbaru distribusikan 130.000 masker

Baca juga: Pekanbaru Shalat Istisqa di halaman kantor Mall Pelayanan Publik

Kabut asap tebal selimuti Kota Pekanbaru


Ia mengatakan ke Payakumbuh tidak butuh biaya besar karena bisa ditempuh lewat jalan darat. Keputusan mengungsi dinilainya yang terbaik karena asap makin pekat dan terasa sampai ke dalam ruangan.

“Isteri saya mengeluh matanya masih perih karena asap yang masuk ke ruangan kerjanya, padahal sudah tertutup jendela dan pakai AC. Kasihan dia kerja harus pakai masker, akhirnya memutuskan izin cuti,” katanya.

Kualitas udara di sebagian Pekanbaru dan sejumlah wilayah di Riau dalam kategori berbahaya akibat polusi kabut asap Karhutla. Hingga sekitar pukul 15.00 WIB Jumat sore, asap masih terlihat pekat menyelimuti Pekanbaru.

Kondisi paling parah terjadi pada pagi hari karena jarak pandang di Pekanbaru turun drastis hingga tinggal 300 meter. Hal ini sempat membuat sejumlah warga Kota Pekanbaru heboh karena asap yang pekat membuat Jembatan Siak IV tidak terlihat dari pandangan mata.

Baca juga: Kabut asap Karhutla kian pekat, jarak pandang di Riau hanya 200 meter

Baca juga: Presiden Jokowi diminta tinjau karhutla Riau


Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, pada Jumat pagi pukul 06.00 WIB terpantau ada 1.319 titik panas (hotspot) yang jadi indikasi awak siaga karhutla di Pulau Sumatera. Titik panas paling banyak di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yakni 537 titik, kemudian Jambi 440 titik, dan Riau sendiri ada 239 titik panas.

Khusus di Riau, titik panas paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) ada 127 titik, Indragiri Hulu (Inhu) 31 titik, Pelalawan 30 titik, Rokan Hilir (Rohil) 18 titik, Kuansing dan Kampar masing-masing 11 titik, Bengkalis 7 titik, Siak 3 titik dan Kota Dumai ada satu titik.

Dari jumlah tersebut, 177 yang dipastikan titik api. Lokasi paling banyak di Inhil dengan 98 titik. Kemudian di Inhu sebanyak 20 titik, Pelalawan 21 titik, Rohil 13 titik, Kuansing 9 titik, Kampar 8 titik, Bengkalis 6 titik, dan Siak dua titik.

Asap yang menyelimuti Pekanbaru berasal dari karhutla di daerah bagian selatan dan juga asap kiriman dari Provinsi Jambi dan Sumsel.*

Baca juga: Sejumlah penerbangan di Bandara Pekanbaru tertunda, akibat kabut asap

Baca juga: Kabut asap pekat, Jembatan Siak IV Pekanbaru seperti hilang

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019