Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam-LK) diminta hati-hati dalam memberikan izin IPO (penawaran saham perdana) PT Adaro Energy, karena bila salah dalam mengambil keputusan akan menyebabkan perselisihan di kemudian hari yang pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi publik sebagai investor. "Bapepam harus mendengar keluhan investor, bukan kepentingan emiten semata. Karena kebijakan Bapepam adalah untuk menjaga kepentingan publik," kata mantan Ketua Bapepam I Gde Putu Ary Suta saat dihubungi, Rabu, menanggapi rencana IPO PT Adaro Energy. Untuk itu, ujar dia, Bapepam harus cerdas dan jangan menjadi alat orang-orang yang tidak cerdas. "Ketua Bapapem harus mengambil kebijakan untuk kepentingan publik," tegasnya. Menurut dia, ada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan terkait rencana IPO Adaro tersebut, seperti apakah saham-saham yang akan dilepas itu benar-benar untuk publik, bukan untuk kepentingan segelintir orang saja. "Kalau hanya untuk segelitir orang, tentu itu tidak boleh," katanya. Selain itu, Ary mengingatkan perlu juga diperjelas apakah ada kasus hukum yang dihadapi oleh perusahaan batubara tersebut, bagaimana soal perpajakannya dan persoalan-persoalan lain yang sekiranya akan berdampak buruk terhadap publik. Ia menembahkan bahwa pasar modal itu harus dijaga kredibilitasnya dan jangan dipergunakan sebagai alat-alat untuk pembenaran. "Untuk itu, jangan beri izin terhadap sesuatu yang belum jelas," paparnya. Hal senada disampaikan pengamat pasar modal Yanuar Rizki yang menilai sebaiknya penawaran saham perdana (IPO- Initial Public Offering) PT Adaro Energy, tak diloloskan meskipun hak angket di DPR ditolak mengingat masih terdapatnya sejumlah permasalahan yang belum diungkapkan dalam prospektus. "Sebaiknya Bapepam tidak memaksakan pelaksanaan IPO Adaro," kata Yanuar. Menurut dia, perusahaan batubara ini masih terbelit masalah hukum dan dalam prosepektus yang sama sekali tidak menjelaskan kasus hukum terkait soal pajak Adaro, yang seharusnya dilakukan terbuka kepada publik. Di sisi lain, lanjut dia, pemerintah pun juga akan rugi, karena pajak yang tak dibayarkan dalam beberapa waktu ini seakan tak jadi masalah. Yanuar juga mengungkapkan bahwa ada sejumlah keganjilan yakni pihak Adaro akan melepas saham dalam jumlah besar bahkan bisa mencapai 40 persen di atas "floating mass". "Ini kan ganjil, bagaimana dalam tekanan yang demikian besar ada investor yang membeli dalam jumlah besar," katanya. Oleh karena itu, Yanuar tak meragukan jika dana yang masuk berasal dari pemilik lama dengan tujuan agar saat IPO dilakukan mereka bisa memperoleh keuntungan besar. Menurut dia, target penjualan 40 persen bisa jadi kaitannya dengan pembebasan pajak, seperti aturan dasar pasar modal. Namun di sisi lain, penjamin emisi penawaran umum perdana (IPO) PT Adaro Energy (Adaro) melihat bahwa banyak pihak yang membaca prospektus perusahaan batubara ini secara sepotong-potong sehingga banyak opini publik yang merugikan. "Jangan di `cut-cut` (potong-potong) sehingga seolah-olah banyak masalah," kata Vice Presiden Danatama Makmur, Vicky Ganda Saputra. Dia melihat banyak kalangan yang bermain dalam masalah IPO Adaro ini dan memunculkan opini ke publik dengan membaca prospektus secara sepotong-potong. "Prospektus merupakan dokumen hukum, jadi jangan dibuat main-main," tegasnya. Vicky juga mengungkapkan bahwa prospektus yang diterbitkan tersebut baru prospektus awal dan dari kajian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) tidak terlalu banyak tanggapan. "Jadi tidak yang ditutup-tutupi dalam prospektus awal Adaro," katanya. Menanggapi tentang besarnya investor asing yang membeli saham Adaro, Vicky mengatakan kemampuan investor lokal masih terbatas. "Memang dengan besarnya nilai, memang investor asing memiliki kemampuan itu," jelasnya. Namun dia juga mengungkapkan bahwa dalam IPO Adaro ini merupakan rekor tersendiri karena jatah investor lokal yang besar. "Untuk nilainya akan kita buka nanti," jelasnya. Salah satu investor lokal yang mendapat jatah terbesar adalah manajer investasi reksadana, Schroders Investment Management Indonesia. "Schroders adalah investor lokal yang paling profer, tidak seperti yang lain hanya berteriak-teriak dan bikin opini publik yang tidak benar," jelasnya. Adaro akan melepas 11,139 miliar saham atau 34,83 persen dari total sahamnya ke publik. Saham perusahaan tambang batubara terbesar kedua di Indonesia tersebut ditawarkan Rp1.050-Rp1.125 per saham. Dari penjualan saham itu, Adaro menargetkan perolehan dana minimal senilai Rp12 triliun dan ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia atau memecahkan rekor sebelumnya oleh PT Jasa Marga senilai Rp3,47 triliun.(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008