Pola pikir itu didobrak oleh restoran Loka Padang di Jakarta yang menyajikan masakan Padang dengan bahan yang bisa dinikmati vegetarian dan vegan.
Nama Loka diambil dari "Loka Samasta Sukhino Bhavantu", artinya "Agar semua makhluk hidup di dunia berbahagia", alasan restoran ini tidak memakai produk hewani sedikit pun, seperti dikemukakan Brian M. Hardjono, Project Leader restoran Loka Padang, pada ANTARA beberapa waktu lalu.
Restoran yang berlokasi di Sudirman Park, Jakarta, itu terlihat mencolok dengan dinding warna kuning dihiasi poster-poster dan stiker zadul lengkap dengan jargon yang mempromosikan sayur.
Meja-meja kayu berjejer rapi di tempat yang sengaja didekorasi agar mirip seperti warung yang homey. Perabotan seperti piring dan gelas yang mengingatkan pada rumah nenek sengaja dipilih untuk menegaskan kesan lawas.
Brian mengatakan restoran ini ingin menghadirkan alternatif makanan vegan yang acap kali dianggap mahal dan hambar.
"Ternyata makan sayur juga enak kok," ujar Brian, menambahkan rumah makan Padang dipilih karena masakan tersebut salah satu yang populer di Jakarta.
Meski bahan-bahannya terbuat dari sayur, bumbu-bumbu yang dipakai dalam memasak hidangan di restoran tersebut kurang lebih sama dengan restoran Padang biasa.
Rasanya serupa dengan restoran Padang yang menggunakan daging dalam masakannya. Namun Anda mungkin akan menebak-nebak bahan apa yang dipakai sebagai pengganti masakan yang bahan aslinya berasal dari daging.
Sayur-mayur seperti kentang, jamur, tahu dan tempe menjadi pengganti daging di restoran ini. Pengunjung yang tak mengonsumsi telur maupun susu tak perlu khawatir saat menyantap makanan di sini. Loka Padang juga memisahkan bawang dalam hidangan agar konsumen yang tidak memakan bawang juga bisa menikmati sajian di sana.
Salah satu yang wajib dicoba adalah sate Padang yang nyaris tak ada bedanya, baik soal tekstur dan rasa. Sebgai pengganti daging, sate Padang di restoran ini dibuat dari potongan tahu dan jamur.
Menu rendang yang wajib ada di setiap restoran Padang juga tidak ketinggalan, tapi bahan dasarnya diganti menjadi kentang dan jamur. Rendang jamur di sini lebih mirip kalio yang teksturnya masih lengket dan basah, bukan rendang kering yang warnanya cokelat kehitaman.
Restoran ini juga menyajikan sayur mayur seperti daun ubi tumbuk, tumis pare hingga kudapan berupa bakwan jagung dan tempe bakar Padang.
Tersedia nasi putih dan nasi merah untuk pengunjung yang ingin kenyang tapi memilih alternatif lebih sehat.
Untuk melegakan dahaga, ada es timun yang segar, wedang secang hingga teh tarik yang menggunakan susu kedelai namun tetap lezat.
Pengunjung setidaknya harus merogoh kocek Rp40.000 untuk menyantap nasi lengkap dengan lauk, sayur, sambal dan minuman.
Baca juga: KFC uji coba menu "ayam tanpa daging" di AS
Baca juga: Daging khusus vegetarian cegah anemia inovasi mahasiswa IPB
Baca juga: Turin, akan jadi kota vegetarian pertama di Italia
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019