Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun di perdagangan Asia Rabu mendahului rencana kenaikan produksi yang disampaikan produsen minyak utama Arab Saudi, kata dealer. Kontrak berjangka minyak mentah utama New York jenis light sweet untuk pengiriman Juli turun 62 sen menjadi 133,39 dolar per barel. Kontrak acuan ditutup pada posisi 134,01 pada Selasa di New York Mercantile Exchange (Nymex). Minyak mentah London, Brent Noerth Sea untuk pengiriman Agustus turun 72 sen menjadi 133 dolar per barel. Sekjen PBB Bank Ki-Moon mengumumkan akhir pekan lalu bahwa Arab Saudi menyatakan kepadanya bahwa negara itu akan menambah produksinya dengan 200.000 barel per hari pada Juli mendatang. Pernyataan itu diperkuat spekulasi seputar prospek meredanya pengetatan pasokan minyak mentah menjelang pertemuan yang diselenggarakan Arab Saudi. Pertemuan yang akan berlangsung di Jeddah 22 Juni mendatang itu akan dihadiri para produsen dan konsumen minyak utama guna membahas harga minyak yang terus meroket. Iran mengatakan pihaknya akan menolak setiap langkah Arab Saudi, produsen minyak terbesar anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), untuk menaikkan produksinya tanpa adanya suatu konsensus dari negara-negara anggota OPEC lainnya. "Jika Arab Saudi mengambil langkah untuk meningkatkan produksi minyak secara sepihak, itu merupakan langkah salah," kata Mohammad Ali Khatibi, wakil baru Iran untuk OPEC. Iran merupakan produsen minyak terkemuka anggota OPEC ke ke dua setelah Arab Saudi, dan secara konsisten menolak bahwa harga minyak yang tinggi bukan diakibatkan fundamental pasar dan bahwa produksi OPEC sebaiknya tidak dinaikkan. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad Selasa (17/6) mengatakan tingginya harga minyak saat ini adalah artifisial (palsu) dan pasar mendapat pasokan yang baik. "Kenaikan konsumsi lebih rendah daripada kenaikan produksi," kata Ahmadinejad dalam sebuah pertemuan dana OPEC untuk pembanguann internasional di Isfahan. OPEC yang memompa sekitar 40 persen dari pasokan minyak dunia dan telah disalahkan akibat kenaikan hingga lima kali lipat harga minyak sejak 2003, dan diminta dengan tegas agar pasar minyak mendapat pasokan secara baik, demikian diwartakan AFP. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008