Paris (ANTARA News) - Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy, menegaskan Prancis akan segera bergabung kembali dengan komando militer NATO yang ditinggalkan negara itu pada 1966, namun mengatakan kekuatan nuklirnya akan tetap di bawah pengawasan nasional yang ketat.
"Kami dapat memperbarui hubungan kami dengan NATO tanpa mengkhawatirkan kebebasan kami dan tanpa risiko terseret dengan enggan ke dalam perang," kata Sarkozy dalam pidato mengenai strategi pertahanan barunya, seperti diberitakan AFP.
Sementara Prancis adalah anggota aliansi dengan 26 anggota itu, negara itu bukan bagian dari struktur komando terintegrasikan pakta itu, meskipun Paris berpartisipasi sepenuhnya dalam semua badan pembuatan-keputusan politik.
Masuk kembali komando militer dianggap sebagian besar sebagai keinginan simbolis, keputusan 1966 oleh Charles de Gaulle yang menyebabkan kejatuhannya untuk menarik protesnya terhadap dominasi AS atas aliansi itu.
Para pejabat Perancis mengatakan kembalinya negara itu ke komando NATO dapat mulai berlaku pada 2009, dengan penunjukan para jenderal Perancis ke markasbesar militer NATO dan ke komisi perencanaan pertahanan aliansi itu.
Namun kelompok sayap kiri yang beroposisi mengktitik tindakan itu, dengan mengatakan langkah tersebut merupakan pergeseran dalam kebijakan luar negeri Perancis ke arah sikap pro-AS di bawah kepemimpinan Sarkozy dan kehilangan independensinya. (*)
Copyright © ANTARA 2008