New York, (ANTARA News) - Harga minyak makin turun dari rekor tertingginya pada Selasa waktu setempat atau Rabu pagi WIB, di tengah aksi ambil untung (profit taking) jelang kenaikan produksi minyak Arab Saudi. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juli, turun 60 sen menjadi ditutup pada 134,01 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah jenis Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, turun 99 sen menjadi mantap pada 133,72 dolar AS per barrel. Kedua kontrak berjangkan pada Senin melesat ke posisi tetinggi selama ini mendekati 140 dolar AS per barrel, sebelum kembali mundur ditutup turun. Volatilitas perdagangan Selasa berkurang dibandingkan sesi sebelumnya, dengan kecenderungan turun mewarnai sebagian besar sesi perdagangan. "Saudi tampaknya sungguh rela memasok pasar lebih banyak, meski saudara-saudara mereka di OPEC keberatan, pada suatu waktu ketika rata-rata harga bensi di seluruh AS bergerak melebihi 4,00 dolar AS per galon. Berdasarkan kondisi ini minyak tampak kurang menarik," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon pada Minggu mengumumkan bahwa Arab Saudi telah menyatakan kesediaannya akan meningkatkan produksi minyaknya 200.000 barrel per hari pada Juli. Keterangan Sekjen PBB ini memicu spekulasi tentang prospek mengendornya pasokan ketat minyak mentah menjelang sebuah pertemuan para produsen dan konsumen minyak utama yang diorganisir Arab Saudi, Senin depan. Pertemuan itu untuk membicarakan meroketnya harga minyak yang membebani pertumbuhan ekonomi global. Iran mengatakan Selasa, pihaknya akan menentang setiap langkah Arab Saudi, produsen minyak terbesar dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), untuk meningkatkan produksi minyaknya tanpa sebuah konsensus dari para anggota kartel tersebut. "Jika Arab Saudi mengambil sebuah tindakan secaa sepihak menaikkan produksi minyaknya, itu sebuah langkah yang salah," kata Mohammad Ali Khatibi, perwakilan baru Iran di OPEC. Iran adalah produsen minyak terbesar kedua di OPEC, setelah Arab Saudi, dan telah konsisten berargumentasi bahwa tingginya harga minyak tidak terkait dengan fundamental pasar dan produksi OPEC tidak akan ditingkatkan. Pada awal Selasa, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan tingginya harga minyak saat ini adalah artifisial (palsu) dan pasar mendapat pasokan yang baik. "Kenaikan konsumsi lebih rendah daripada kenaikan produksi," kata Ahmadinejad dalam sebuah pertemuan dana OPEC untuk pembanguann internasional di Isfahan. "Tangan-tangan tertentu, untuk mengakhiri politik dan ekonomi, mengendalikan harga dalam sebuah cara artifisial," kata dia. OPEC memompa sekitar 40 persen dari pasokan minyak dunia dan banyak dituding sebagai penyebab kenaikan lima kali lipat harga minyak sejak 2003.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008