Jakarta (ANTARA) - Kepolisian Rusia pada Kamis menggeledah sekitar 150 rumah pendukung dari oposisi pemerintah, Alexei Navalny, kata Leonid Volkov, pendukung lama Navalny lewat media sosial.
Penggeledahan itu berlangsung selama empat hari setelah partai berkuasa, United Russia, kehilangan sepertiga kursinya di Dewan Kota Moskow dan menghadapi kekalahan di sejumlah pemilihan.
Sejak kekalahan itu, Partai United Russia, pendukung Presiden Vladimir Putin, berupaya mengembalikan dominasinya di seluruh wilayah negeri.
Navalny meminta para pendukungnya untuk memilih kandidat dewan kota secara taktis guna mengurangi kemungkinan para calon pro-pemerintah terpilih. Strategi itu diyakini berhasil.
"Jumlah rumah yang digeledah lebih dari 150, dan tak kurang dari 1.000 aparat hukum Rusia terlibat dalam aksi tersebut," kata Volkov.
Navalny merupakan seorang pengacara dan aktivis politik Rusia berumur 43 tahun yang menjadi oposisi keras Presiden Vladimir Putin.
Ia mulai banyak dikenal masyarakat Rusia di saat blognya di LiveJournal, dan kanal Youtubenya banyak menyiarkan video dan dokumen terkait dugaan korupsi pejabat Pemerintah Rusia. Siaran Youtube-nya diikuti lebih dari 2,9 juta pengikut, sementara akun Twitternya memiliki 2,1 juta pengikut.
Navalny lanjut mendirikan yayasan "Anti-Corruption Foundation" pada 2011. Aktivis politik Rusia itu sempat mendekam di penjara selama 30 hari karena ia diduga berperan sebagai dalang protes terhadap pemerintah.
Namun, Navalny telah dibebaskan dari tahanan pada medio Agustus 2019.
Sumber: Reuters
Baca juga: Hampir 100 demonstran oposisi diamankan kepolisian Rusia
Baca juga: Polisi Moskow tahan pemimpin oposisi jelang pemilihan presiden
Baca juga: Pemimpin oposisi Rusia dipulangkan dari rumah sakit
Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019