Mataram (ANTARA News) - Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) khsususnya yang berada di pengungsian di Nusa Tenggara Barat (NTB) terus mendapat bantuan beras dari pemerintah pusat.
"Selama enam bulan terakhir ini telah disalurkan sekitar 12 ton beras kepada jemaat Ahmadiyah baik di Mataram mapun di Kabupaten Lombok Tengah," kata Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Perempuan NTB, Drs. H. Junaidi Najamudin kepada wartawan di Mataram, Selasa.
Sedikitnya sekitar 130 orang jemaat Ahmadiyah kini masih ditampung di Asrama Transito Majeluk, Mataram setelah rumahnya di Dusun Ketapang Desa Gegerung, Lingsar, Kabupaten Lombok Barat dibakar massa dua tahun lalu, sementara 50 orang berada di Lombok Tengah.
Pada di awal penampungan hingga setahun bantuan beras secara terus menerus diberikan kepada jemaat Ahamdiyah, namun setelah itu diberikan menurut kebutuhan.
"Kita hanya membantu beras sementara yang bertangung jawab dalam masalah keyakinan adalah Kanwil Depag sementara pendidikan bagi anak-anak Ahmadiyah tanggung jawab Dikpora NTB.Pembinaan atau bantuan beras terhadap jemaat Ahmadiyah seharusnya berlaku setahun, namun karena mereka masih saja tinggal di pengungsian, kita terpaksa memintakan jatah beras ke pusat," katanya.
Beras yang diberikan kepada jemaat Ahmadiyah sekitar 400 gram per orang per hari semuanya dari pusat sementara dari dana APBD NTB belum tersedia.
"Selama mereka berada di penampungan, maka selama itu pula akan diberikan bantuan beras, sebab hal ini merupakan faktor sosial dan tidak berkaitan dengan masalah keyakinan," katanya.
Sebelumnya anggota Komisis A DPRD NTB, A. Tayib mengimbau kepada jemaat Ahmadiyah untuk kembali ke ajaran Islam.
"Dengan kembalinya warga Ahmadiyah ke ajaran Islam merupakan modal utama untuk bisa kembali ke kampung halamannya di Gegerung, Lingsar dan inilah ajaran yang benar," katanya.
Jemaat Ahmadiyah tersebut sangat ingin kembali ke kampung halamannya di Gegerung, namun mereka takut kembali karena faktor keamanan dan keselamatan.
Pemerintah Propinsi telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi persoalan Ahmadiyah di daerah itu.
Namun, jemaat Ahmadiyah dinilai terlalu eksklusif dan peranan organisasi induk aliran tersebut dirasa terlalu besar.
"Masyarakat telah menerima bahkan Pemda telah menyediakan tempat bagi warga jamaat Ahmadiyah dengan syarat tidak mengelompok," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008