Mataram (ANTARA News) - Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terjaring Di Nusa Tenggara Barat (NTB) banyak yang sedang dalam keadaan hamil, sehingga cukup repot dalam melakukan pembinaan.
"Dalam empat tahun terakhir sekitar 12 bayi lahir diantaranya satu bayi diantaranya wanita dari PSK dan belum ada laki-laki yang mengaku sebagai bapak dari bayi tersebut," kata Kepala Panti Sosial Budi Rini, Majeluk, Mataram, Wismaningsih kepada waratawan di Mataram, Selasa.
Para bayi tersebut dilahirkan di panti setelah ibunya yang berprofesi sebagai PSK terjaring oleh petugas.
Bayi yang lahir tanpa ayah tersebut kini dirawat oleh ibunya masing-masing bersama sekitar 35 orang penghuni panti lain yang juga terjaring dalam operasi, namun sebagian ada yang telah diadosi oleh orang lain.
Pihak Budi Rini cukup ketat dalam memberikan izin bagi mereka yang ingin mengadopsi bayi para PSK tersebut, karena dikhawatirkan akan diperjualbelikan.
Dia menjelaskan, Dinas Kesejahteraan Sosial menerima PSK untuk ditampung setelah terjaring diberbagai kabupaten dan kota se-NTB.
PSK yang kebanyakan berasal dari NTB tersebut akan dibina selama setahun dan setelah mendapat berbagai keterampilan serta sadar dipulangkan kerumah masing-masing.
Dikatakan, pembinaan yang dilakukan di Panti Budi Rini antara lain pembinaan mental, menjahit, kerajinan dan kecantikan atau salon.
Menyinggung tentang lokalisasi, dia menjelaskan, pelaksanaan lokalisasi diserahkan sepenuhnya kepada kabupaten dan kota masing-masing.
Namun untuk lokalikasi nampaknya sulit terwujud, karena dapat merusak citra NTB sebagai daerah dengan julukan Pulau Seribu Masjid.
Contohnya, Kota Mataram menolak dengan tegas dilakukan lokalisasi, walaupun diakui didaerah itu terdapat PSK.
"Permasalahan PSK merupakan permasalahan sosial dan itu menjadi tugas kita bersama untuk memberikan kesadaran kepada mereka, sehingga mau kembali kejalan yang benar," katanya.
Dia mengakui, banyak diantara PSK setelah selesai dibina dikembalikan kepada orangtuanya, namun terkadang tidak lama kambuh lagi artinya kembali sebagai PSK.
"Mereka yang kembali menjadi PSK sebagian besar adalah faktor tidak ada keluarga bahkan ada dua orang PSK kini masih ditampung di Panti karena ibunya juga berada di Panti Jompo," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008