New York, (ANTARA News) - Harga minyak mentah mengendor dari posisi yang hampir 140 dolar AS per barrel Senin waktu setempat atau Selasa pagi WIB, karena dolar AS turun terhadap euro dan memuncaknya spekulasi tentang peningkatan produksi minyak Arab Saudi. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juli, menyusut 25 sen menjadi ditutup pada 134,61 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus turun 40 sen menjadi mantap pada 134,71 dolar AS. Kedua kontrak berjangka mencapai posisi tertinggi selama ini dalam perdagangan harian, 139,89 dolar AS di New York dan 139,32 dolar AS di London. Pasar mengaduk spekulasi jelang pertemuan luar biasa negara-negara produsen dan konsumen minyak di Arab Suadi, yang akan diselenggarakan pada Senin depan di Jeddah untuk membicarakan melambungnya harga minyak. Pada Senin, Sekjen PBB Ban Ki-Moon mengatakan bahwa Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Nuaimi telah berkata kepadanya bahwa kerajaan gurun pasir yang memiliki seperempat cadangan minyak dunia itu, akan menaikkan produksinya 200.000 barrel per hari (bpd) pada Juli. Namun, Ban juga mengutip Nuaimi yang mengatakan bahwa dia meminta negara-negara konsumen minyak dapat bermain menstabilkan harga melalui pengurangan pajak nasional dan memerangi spekulator. Produsen minyak terbesar dalam OPEC ini, sekarang memproduksi 9,45 juta bpd setelah mengumumkan kenaikan 300.000 bpd bulan lalu menyusul sebuah kunjungan oleh Presiden AS George W. Bush. Laporan kenaikan produksi Saudi muncul di tengah berkembangnya tekanan kepada Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk meningkatkan produksi minyak lebih banyak lagi. OPEC memmompa sekitar 40 persen produksi minyak dunia. Para pemimpin keuangan dari kelompok negara industri G-8, Sabtu, memperingatkan tingginya harga minyak mengancam pertumbuhan ekonomi global dan menyerukan para produsen untuk meningkatkan produksinya. Mereka juga menugaskan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk mengivestigasi peran para spekulan dalam mendorong meroketnya harga minyak. "Setelah cenderung melemah pada Jumat, pekan ini telah mulai dengan sebuah letupan, dengan meletakkan minyak mentah di posisi tertinggi selama ini, hal tersebut menampakkan kurangnya kepercayaan para pelaku pasar terhadap kemampuan Arab Sudi menahan kenaikan harga minyak," kata John Kilduff dari MF Global. Kevin Norrish dari Barclays Capital mengatakan laporan peningkatan produksi minyak Arab Saudi menjadi 9,7 juta bpd pada Juni, akan mencatat produksi tertinggi sejak Agustus 1981. "Namun, dalam kajian kami, langkah tersebut tampaknya tak akan cukup untuk menutup kenaikan harga minyak belakangan ini, karena hanya sedikit mencabut ekspektasi jangka panjang untuk ketatnya keseimbangan pasokan dan permintaan." Harga minyak juga mendapat dukungan dari penurunan dolar AS terhadap euro setelah data inflasi zona euro mengangkat prospek kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Minyak dalam denominasi dolar AS diuntungkan penurunan dolar AS karena para investor mencari tempat berlindung dari inflasi.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008