Perairan Kaltim (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pemerintah akan selektif dalam pengadaan peralatan sistem senjata (alutsista) TNI dari luar negeri. "Sesuai prinsip dasarnya, selama sistem peralatan dan senjata TNI dapat diproduksi oleh industri-industri strategis kita, maka wajib hukumnya untuk menggunakan produksi dalam negeri," katanya di atas KRI dr Soeharso-990, di sela-sela kegiatan Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2008 di Kalimantan Timur, Senin. Penegasan itu disampaikan Kepala Negara menanggapi kemungkinan RI membeli peluru kendali C-802 dari Cina yang telah diuji coba oleh TNI Angkatan Laut. Presiden Yudhoyono menegaskan, pengadaan sistem dan peralatan senjata TNI dari luar negeri hanya dilakukan jika sistem dan peralatan dimaksud benar-benar belum dapat diproduksi di dalam negeri. "Kita telah belajar dari pengalaman, dimana kita diembargo dalam rentang waktu yang panjang sehingga tingkat kesiapan operasional TNI menjadi sangat menurun. Untuk beli baru sulit, mendapatkan suku cadang sulit, padahal itu untuk kepentingan kita sendiri," katanya. Karena itu, tambah Kepala Negara, sudah saatnya Indonesia memberdayakan industri pertahanan nasionalnya. Tentang dari negara mana sistem dan peralatan TNI akan diadakan, sangat tergantung pada spesifikasi yang dibutuhkan TNI sebagai pengguna. "Selain itu, kita juga tidak bisa hanya tergantung pada satu negara produsen tertentu. Perlu diversifikasi sesuai kebutuhan dan prioritas TNI," ujar Presiden mengingatkan. Dalam aksi tempur laut di Sangatta, Kalimantan Timur sebagai bagian dari Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2008, ditampilkan kemampuan rudal C-802 dari KRI Layang-805. Rudal anti-kapal permukaan tersebut sebelumnya telah dilakukan uji coba pada tingkat Mabes TNI AL di Situbondo, Jawa Timur. Dalam aksi tempur laut yang disaksikan Presiden Yudhoyono, didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso dan ketiga kepala staf angkatan itu, rudal melesat dari KRI Layang-805 dengan sudut 30 derajat dengan ketinggian 20 meter dan kecepatan 800 kilometer per jam. Pada ketinggian 20 meter rudal melintas mendatar di atas permukaan laut dan pada jarak lima kilometer dari sasaran, rudal menukik dan melintas datar pada permukaan laut dan langsung menghantam sasaran.Rudal C-802 memilik panjang 6,33 meter, berat 705 kilogram (165 kilogram diantaranya adalah hulu ledak TNT 7 RDX), diatemeter 36 cm, dan panjang sayap (wing span) 1,22 meter. Misil yang digerakkan dengan sistem penggerak berupa Solid Rocket Booster dan Turbo Jet tersbeut memiliki jangkauan tembakan 120 kilometer. Fire power hulu ledak rudal ini mampu menghancurkan sebuah kapal perang tipe perusak (destroyer) bertonase 3.000 ton.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008