JAKARTA (ANTARA) -- Di tengah gempuran Revolusi Industri ke-4 atau Industry 4.0, hampir seluruh profesi tak hanya dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, tapi juga bertransformasi guna memberikan nilai lebih bagi industri yang dilayaninya. Tak terkecuali, profesi underwriter pada asuransi jiwa, yang notabene merupakan ujung tombak dalam mengidentifikasi dan menyeleksi risiko dari calon tertanggunnya.
Life Reinsurance Underwriting & Customer Experience Management Division Head Indonesia Re Radix Yunanto mengungkapkan, terdapat empat soft skill vital yang wajib dimiliki seorang underwriter di era disruptif ini, yakni memiliki pola pikir analitik yang baik agar dapat membuat pemodelan prediktif (predictive analytics), mampu merancang solusi yang dibutuhkan, dan mampu mengkomunikasikan solusi tersebut dengan baik.
"Jadi, (underwriter) di masa depan harus memiliki kemampuan yang terintegrasi agar dapat menghadapi beragam tantangan dan tuntutan pasar di masa depan," ujarnya saat ditemui di kantor pusat Indonesia Re di Jakarta, Selasa.
Big data dan kecerdasan buatan (AI) memainkan peran yang semakin penting dalam siklus underwriting. Pasalnya, teknologi ini telah banyak diadaptasi oleh perusahaan asuransi berupa automated underwriting, yang terbukti mampu meningkatkan efisiensi proses pengkajian risiko dan akseptansi oleh underwriter.
Oleh karena itu, lanjut Radix, pihaknya aktif mendorong agar peran dan kemampuan underwriter terus berkembang melalui berbagai pelatihan. Salah satunya adalah In-House Training Basic Life Underwriting yang telah digelar sejak 2002.
"Event ini merupakan bentuk pengimplementasian slogan 'BUMN Hadir untuk Negeri' kepada segenap ekosistem asuransi Tanah Air," tambahnya.
Antisipasi fraud
Semakin pesatnya perkembangan dan adopsi teknologi pada industri asuransi jiwa, sayangnya, berbanding lurus dengan dampak negatif yang muncul. Fraud, tindak pencucian uang, dan kebocoran data nasabah merupakan beberapa kasus yang kerap terjadi.
Merespon hal tersebut, Radix mendorong sinergi seluruh pelaku dan pemangku kepentingan industri asuransi nasional untuk mengembangkan perangkat untuk mendeteksi fraud klaim.
"Setidaknya, kita harus punya teknologi deteksi dini agar dapat terhindar dari fraud," tutur Ketua terpilih Perkumpulan Underwriter Jiwa Indonesia (Peruji) periode 2019-2021 ini.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019