Kuala Lumpur (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, Indonesia perlu waspada terhadap kelesuan ekonomi dunia akibat melonjaknya harga minyak dan harga pangan dunia, serta kecenderungan politisi negara-negara maju bersikap protektif terhadap impor dari negara-negara berkembang. "Kelesuan ekonomi di negara-negara maju pasti berdampak pada ekonomi Indonesia. Kelesuan ekonomi di Amerika dan Eropa sudah pasti akan menurunkan permintaan impor dari negara berkembang," kata Mari di sela-sela acara World Economic Forum, 15-16 Juni, di Kuala Lumpur, Senin. Indonesia, lanjut Mari, akan menerima dampak langsung dan tidak langsung dari kelesuan ekonomi dunia. Dampak langsung adalah menurunnya permintaan impor negara Amerika dan Eropa dari Indonesia, dan dampak tidak langsung ialah menurunnya ekspor Indonesia ke negara-negara Asia lainnya sebagai akibat dari kelesuan ekonomi mereka karena anjloknya ekspor mereka ke negara-negara maju. "Tapi, dampaknya pada Indonesia tidaklah separah negara lain, seperti China, Jepang, Vietnam dan Malaysia yang memiliki ekspor tinggi ke Amerika, sementara ekspor Indonesia ke Amerika dan Eropa hanya akan mengalami penurunan pertumbuhan saja. Ekonomi Amerika sudah lesu beberapa tahun lalu dan dampaknya bagi Indonesia hanya menurunkan pertumbuhan ekspor," katanya. Ia mengatakan Indonesia harus segera juga melakukan diversifikasi pasar dan produk guna menghadapi kemerosotan ekonomi dunia. Produsen di Indonesia juga harus mengoptimalkan pasar dalam negeri sebagai fondasi dalam mempertahankan produksi dan bisnis. "Potensi pasar dalam negeri ini menjadi salah satu keuntungan bagi pelaku bisnis di Indonesia di saat ekonomi dunia mengalami kelesuan seperti saat ini. Beda dengan Malaysia, yang punya kinerja ekspor tinggi tapi pasar domestiknya relatif kecil, maka dampak kelesuan ekonomi dunia akan lebih terasa," tambah dia. Menanggapi kecenderungan proteksionisme negara-negara maju, Mari mengatakan Partai Demokrat di Amerika kurang mendukung pasar bebas dibandingkan dengan Partai Republik. Hal itu bisa dilihat dari UU yang dikeluarkan Partai Demokrat, khususnya terhadap perdagangan dengan China, tampak protektif. Ditambah, defisit perdagangan Amerika dengan China memang sangat besar. "Tapi ini juga merupakan peluang bagi Indonesia karena pembeli Amerika dan juga Eropa menolak membeli barang dari China, namun mereka akan melakukan diversifikasi ke Vietnam dan Indonesia yang menjadi prioritas mereka," katanya. Namun Indonesia juga harus waspada karena biasanya mereka akan mengaitkan dengan isu lingkungan hidup. Menteri perdagangan Indonesia itu juga mengemukakan, negara-negara ASEAN melalui ASEAN Economic Community akan terus mengembangkan perdagangan di antara negara-negara ASEAN. "ASEAN Economic Community memang didesain untuk menjadi basis produksi dan potensi pasar," kata Mari. Penduduk dari 10 negara ASEAN mencapai 600 juta orang. Walaupun dari segi pendapatan belum tinggi, tapi potensi pasarnya sudah ada. "Kita sangat komitmen dan serius dengan pengembangan ASEAN Economic Community," katanya. (*)Foto: AFP
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008
Jonathan Haryanto