Denpasar, (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Gubernur Bali Drs Dewa Beratha dan Menbudpar Jero Wacik memukul kulkul (kentongan) menandai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-30 di depan Monumen Bajra Sandhi, Niti Mandala Renon, Denpasar Sabtu sore. Begitu Kepala Negara memukul kulkul yang digantung di depan panggung kehormatan, tak lama kemudian direspons dengan alunan instrumen musik tradisional bertalu-talu dari sejumlah perangkat gamelan yang ditabuh ratusan seniman. Di tengah suasana gemuruh dari alunan berbagai jenis gamelan itu, seorang penari Ciwa Nataraja, lambang kebesaran Pesta Kesenian Bali, muncul dari balik keagungan Monumen Bajra Sandhi di depan panggung kehormatan, tempat kepala negara beserta sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan para duta besar. Tarian yang dibawakan seorang mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu menggambarkan manifestasi Ciwa sebagai Raja Diraja yang menciptakan dunia lewat seni. Ciwa Nataraja sebagai dewanya seni secara terus menerus berkarya hingga terciptanya ritme dan keteraturan dalam kosmos. Pancaran energi suci Ciwa itulah kemudian bersatu hingga tercipta alam semesta beserta isinya. Penampilan tari agung Ciwa Nataraja dilengkapi dengan properti antara lain kober (bendera), payung dan Dewata Nawasanga beserta senjata masing-masing. Visualisasi warna posisi sesuai arah mata angin yang merupakan kekuatan energi suci Ciwa, digarap secara apik dan profesional dengan menampilkan puluhan penari. Penampilan puluhan penari dengan busana tari yang mencolok, kombinasi songket dan perade keemasan itu, mengusung visualisasi makna keseimbangan dan keharmonisan (Tri Hita Karana). Hubungan yang harmonis dan serasi sesama umat manusia, manusia dengan alam lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa divisualisasikan dalam berbagai ragam seni, terutama yang berkaitan dengan persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atraksi budaya yang melibatkan tidak kurang dari 3.000 seniman yang terdiri atas duta-duta seni dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali, menggambarkan konsep "Tri Hita Karana" sesuai sub tema "Prakampitaning Pretiwi Mandala" yakni gempita Tanah Air. (*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008