Jakarta (ANTARA News) - Negosiasi perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) bilateral Indonesia-Australia akan dirampungkan pada 2009 jika perundingan tingkat ASEAN (dengan Australia dan New Zealand) dapat dirampungkan tahun ini. "Kita tunggu diselesaikannya perundingan perdagangan bebas antara ASEAN-Australia-New Zealand (AANZ) yang targetnya difinalisasi tahun ini, baru diteruskan dengan FTA bilateralnya," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Jakarta, Jumat. Perundingan FTA AANZ telah berlangsung di Vietnam pada awal Juni ini. Namun kedua pihak masih belum sepakat mengenai modalitas dalam negosiasi FTA regional tersebut. Australia dan New Zealand menginginkan sebanyak 96 persen pos tarif kedua pihak dibuka pasarnya (diturunkan tarif BM), namun negara-negara anggota ASEAN menginginkan besaran yang lebih rendah dari usulan itu. Selama ini, dalam berbagai perundingan FTA, batas jumlah pos tarif yang dinegosiasikan hanya 90 persen dan sisanya merupakan daftar sensitif yang tidak dibuka pasarnya. Australia dan New Zealand meminta pembebasan BM untuk produk-produk peternakan yang menjadi unggulan mereka seperti daging dan susu. Sedangkan, Indonesia meminta Australia dan New Zealand untuk membuka pasar Tekstil dan Produk Tekstilnya (TPT). Direktur Kerjasama Regional, Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, Departemen Perdagangan, Iman Pambagyo mengatakan Indonesia telah meminta Bea Masuk (BM) TPT ke dua negara itu yang besarnya antara 3,5-17,5 persen dimasukkan dalam daftar produk yang tarifnya diturunkan. Selama ini, baru China yang mendapatkan fasilitas tarif nol persen untuk ekspor TPT ke dua negara itu. Iman menilai Indonesia juga memiliki peluang untuk meningkatkan ekspor TPT ke Australia dan New Zealand. "Tapi kita harus fokus pada produk unggulan kita yang mana, tidak semua produk TPT kita minta nol persen BMnya. Kita sedang menyusun prioritas produk mana yang akan diusulkan untuk di nol persenkan," ujarnya. Untuk itu, pemerintah akan meminta masukan dari industri TPT terkait produk apa saja yang berpeluang memenuhi pasar ekspor Australia dan New Zealand. Zero to zero Selain TPT, lanjut Iman, Indonesia juga mengusulkan pembukaan pasar otomotif dan alas kaki dengan konsep "zero to zero" (dua pihak sama-sama menurunkan BM produk hingga nol persen). "Pasar Australia dan New Zealand untuk tekstil, sepatu dan otomotif itu bagus. Kalau otomotif itu terutama untuk `spare part` (suku cadang)," ujar Iman. Dalam bidang otomotif, tambah Iman, kedua belah pihak juga dapat bekerja sama dalam hal teknologi mengingat Australia memiliki kemampuan yang lebih dibanding negara ASEAN. Menurut Iman, industri alas kaki Indonesia dan Australia dapat saling melengkapi mengingat kedua pihak memiliki produk unggulan yang dibutuhkan masing-masing negara. "Produk alas kaki Australia terbatas pada `safety boot` untuk di tambang, dan lain-lain bukan di `casual footwear`, sedangkan kita punya industri `casual footwear`," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008