New York, (ANTARA News) - Harga minyak naik tipis pada Kamis waktu setempat atau Jumat pagi WIB. Hal itu terjadi di tengah volatilitas perdagangan yang tinggi karena para pedagang terus meresahkan berakhirnya masalah pasokan-permintaan dan melemahnya mata uang dolar AS. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juli, naik 36 sen menjadi ditutup pada 136,74 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli naik 1,07 dolar AS menjadi mantap pada 136,09 dolar AS. Pasar terlihat mundur-maju secara tajam, kehilangan lebih dari lima dolar per barrel pada awal perdagangan sebelum mengalami "rally" pada akhir perdagangan. Mata uang greenback naik pada Kamis terhadap mata uang utama lainnya setelah pemerintah AS melaporkan penjualan ritel meningkat lebih kuat dari perkiraan 1,0 persen pada Mei, dan penjualan ritel inti, tidak termasuk penjualan kendaraan, meningkat 1,2 persen. Laporan menunjukkan sinyal dari penguatan belanja konsumen, pendorong utama ekonomi AS, yang memicu dolar AS naik. "Minyak berjangka melemah karena dolar AS menguat," kata analis dari Sucden, Nimit Khamar di London. "Pasar-pasar minyak telah meningkat terpengaruh oleh kondisi dolar setahun terakhir, karena para pelaku pasar telah mengunakan komoditi dalam denominasi dolar sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan eksposur dolar mereka," kata dia. Namun para analis lainnya, menunjuk bahwa pergerakan dolar tidak berdampak langsung terhadap harga minyak. Kontrak minyak New York telah meroket 5,07 dolar AS menjadi ditutup pada 136,38 dolar AS pada Rabu, setelah publikasi laporan energi AS menunjukkan cadangan minyak mentahnya menyusut untuk kali keempat pekan berturut-turut. Minyak mentah New York melesat ke level historis tertinggi 139,12 dolar AS pada Jumat lalu, ketika mencatat rekor kenaikan harian satu hari tertinggi 10,75 dolar SA. Minyak mentah Brent mencapai puncak tertinggi baru 138,12 dolar AS pada hari yang sama. Presiden OPEC Chakib Khelil pada Kamis mengesampingkan kenaikan produksi oleh grup eksportir minyak meski ada tekanan terhadap kartel untuk membantu mengurangi tingginya harga minyak. Khelil yang juga menteri energi Aljazair, mengatakan OPEC is Algeria`s energy minister, said OPEC tidak akan meningkatkan produksinya karena pasokan saat ini lebih besar daripada permintaan dan terdapat kelebihan produksi sekitar 500.000 barrel per hari. Ia menjelaskan Irak telah meningkatkan produksinua dan Arab Saudi juga meningkatkan produksinya hingga 300.000 barel per hari. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan menyelenggarakan pertemuan pada 9 September untuk mengevaluasi pasar dan mengambil keputusan untuk menjamin stabilitas pasar, kata dia. Ia mengakui tekanan terhadap OPEC untuk meningkatkan produksi, namun ia mengatakan bahwa "fundamental pasar tidak mempengaruhi harga saat ini". "Masalahnya adalah akibat dari krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat yang telah mendepresiasai dolar AS, termasuk ancman kepada Iran yang menjadi sumber ketidakpastian geopolitik." Secara umum, penurunan dolar telah meningkatkan permintaan untuk minyak mentah yang denominasi dalam dolar AS dan komoditi lainnya dari para pembeli yang menggunakan mata uang kuat lainnya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008