Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN) Suryantoro mengatakan Provinsi Kalimantan Barat membutuhkan keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang bertujuan mengatasi persoalan rendahnya elektrifikasi di daerah itu.

"Kalbar membutuhkan adanya PLTN untuk mengatasi masalah kelistrikan yang masih rendah dan juga menginginkan pasokan listrik yang bersih, salah satunya dengan memanfaatkan PLTN," ujar Suryantoro usai pembukaan diskusi kelompok terfokus di Tangerang Selatan, Banten, Selasa.
Baca juga: Kalbar siap dukung kemandirian energi melalui pembangunan PLTN

Selain untuk mengatasi masalah kelistrikan yang masih rendah, pembangunan PLTN tersebut juga bertujuan untuk mengolah sumber daya alam bauksit yang banyak di daerah itu. Saat ini, bauksit tersebut ditambang dan langsung dijual. Pihak pemerintah daerah menginginkan agar bauksit tersebut diolah menjadi alumina dan kemudian aluminium.

"Untuk proses pengolahan itu membutuhkan energi yang besar. Energi itu didapatkan dari PLTN," tambah dia.
Baca juga: Batan: Kaltim dan Kalbar potensial dibangun PLTN

Dia menambahkan PLTN yang akan dibangun berupa prototipe atau purwarupa dengan kapasitas 100 MW. Proses pembangunannya akan dimulai pada 2020 hingga 2024. Pihak BATAN, kata dia, mendukung pembangunan PLTN tersebut dalam bentuk dukungan teknis mulai dari evaluasi tapak, pembangunan PLTN, dan sebagainya. Menurut dia, purwarupa PLTN komersil tersebut merupakan hasil riset yang dikembangkan oleh BATAN dan menjadi salah satu prioritas riset nasional ke depan.

"Saat ini hasil riset harus dalam bentuk purwarupa, sehingga hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat."

Sebelumnya, hasil survei menunjukkan sekitar 87 persen masyarakat Kalimantan Barat mendukung pembangunan PLTN di daerah tersebut.
Baca juga: DPR Usulkan Pembangunan PLTN Baru di Kalbar dan Kalteng

Sudah waktunya Indonesia melirik nuklir sebagai pembangkit listrik

Pewarta: Indriani
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019