Jakarta, (ANTARA News) - Di hadapan para Duta Besar dan Perwakilan Badan PBB untuk Program Pembangunan (UNDP) yang menghadiri Peluncuran Laporan Pembangunan Manusia Asia-Pasifik 2008 di Istana Negara, Jakarta, Kamis, Presiden menyebutkan lima resep pemberantasan korupsi. Pada peluncuran laporan bertajuk "Upaya Pemberantasan Korupsi, Mengubah Kehidupan" itu, lima resep yang disebutkan Yudhoyono adalah komitmen tinggi dari pemerintah, pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu termasuk terhadap para pejabat publik, pelaksanaan transparansi dan akuntabitas di semua sektor, peningkatan upaya pencegahan korupsi dan semangat tidak menyerah terhadap dampak korupsi. Presiden bahkan mengatakan selama masa pemerintahannya lebih dari 100 pejabat publik termasuk bupati, walikota, gubernur yang diduga terlibat kasus korupsi telah disidik sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu. Kepala Negara mengaku ada kelambatan pembangunan akibat upaya agresif pemerintah memberantas korupsi beberapa tahun terakhir. Kelambatan pembangunan itu terjadi karena kehati-hatian dan ketakutan dalam pengambilan keputusan, kata Presiden. Dalam kesempatan itu Presiden menyampaikan harapan kepada pemerintah negara-negara maju dan kuat yang mendapat keuntungan ganda dari kenaikan harga minyak dan pangan dunia untuk berempati kepada negara-negara lain yang memiliki kesulitan. Menurut Kepala Negara, empati dari negara maju diperlukan agar perjuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia untuk memberantas korupsi tidak sia-sia karena dikurung oleh kesulitan hidup. Ia mengatakan pemberantasan korupsi akan jauh lebih berat jika harus bersaing dengan perut yang lapar. Sementara itu menurut laporan UNDP, para politisi di Asia Pasifik disebut sebagai kelompok paling korup di pemerintahan, diikuti oleh polisi dan lembaga hukum di urutan kedua dan ketiga. Sejak 2006, Laporan Pembangunan Manusia Asia-Pasifik yang memberi analisis berkelanjutan mengenai masalah-masalah pembangunan yang relevan di tingkat regional dan nasional telah berubah menjadi terbitan reguler. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008