Terus terang, tahun-tahun terakhir ini kasih sayang dan rasa persaudaraan ini melemah,
Gunungputri, Bogor (ANTARA) - Presiden Republik Indonesia (RI) keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berharap agar perpolitikan di Indonesia semakin guyub, saat membacakan Pidato Kontemplasi di kediamannya, Puri Cikeas, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin malam.
"Ke depan, politik kita harus makin menjadi politik yang baik Bagi bangsa yang majemuk, Yang juga menganut sistem demokrasi multi partai, politik kita harus makin guyub, makin inklusif, dan makin teduh," ujarnya di hadapan para tamu undangan peringatan hari ulang tahun SBY ke-70 dan hari jadi Partai Demokrat ke-18.
Menurutnya, demokrasi tak harus selalu diwarnai dan diselesaikan dengan “one person one vote”, melainkan juga ada semangat yang lain. Seperti halnya kompromi dan konsensus yang adil serta membangun.
Baca juga: SBY : Fenomena permusuhan antar komponen, bahayakan rakyat
"Prinsip the winner take all yang ekstrim, seringkali tidak cocok dengan semangat kekeluargaan dan keterwakilan bagi masyarakat dan bangsa yang majemuk," kata Ketua Umum Partai Demokrat itu.
Pasalnya, belakangan ini menurutnya terjadi fenomena permusuhan antar komponen bangsa. Ia menganggap, hal itu merupakan arus buruk dan membahayakan masyarakat dan kelangsungan bangsa.
"Terus terang, tahun-tahun terakhir ini kasih sayang dan rasa persaudaraan ini melemah, sementara kebencian, jarak dan permusuhan diantara komponen bangsa yang berbeda identias menguat Ini lampu kuning," ujarnya.
Baca juga: SBY: Prinsip "the winner takes it all" seringkali tidak cocok
Ia mengatakan bahwa semua pihak harus mengambil tanggung jawab untuk menghentikan dan membalikkan fenomena dan arus yang salah tersebut. Sehingga, bisa mengembalikan ke arah yang benar.
"Rasa persaudaraan brotherhood yang kuat diantara kita, sesama bangsa Indonesia, dan bukan membangun jarak dan permusuhan diantara masyarakat yang berbeda identitas," tambahnya.
Baca juga: SBY titip sejumlah harapan kepada Presiden Jokowi
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019