Lombok Timur, NTB, (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta umat Islam jangan terpecah- belah dan memilih jalan dakwah dalam memecahkan persoalan Ahmadiyah. "Kalau ada kelompok yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, kita dakwahi. Jadi jangan pakai batu seperti zaman purba, tetapi pakai dakwah," kata Wapres saat bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Syech Zainuddin Nahdlatul Wathan Anjani Lombok Timur, NTB, Kamis. Jusuf Kalla mengingatkan, Rasulullah Muhammad SAW dahulu berdakwah sampai dilempari batu, jadi bukan sebaliknya melemparkan batu. "Kalau dakwah sudah berjalan terus tetapi belum berubah, tentu pemerintah mempunyai pilihan-pilihan lain," ujarnya. "Hanya saja persoalan tersebut bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga tugas para ulama." Sementara itu, Ketua Umum Nahdlatul Wathan Ibu Hj Sitti Raihanun Zainuddin AM menegaskan bahwa kegiatan Ahmadiyah merupakan penodaan terhadap agama dan bukan persoalan kebebasan beragama. "Kami berharap SKB yang baru dikeluarkan bisa berjalan efektif dan Ahmadiyah kembali ke ajaran Islam yang sebenarnya," katanya disambut tepuk tangan sekitar 8.000 santri Pondok Pesantren Syech Zainuddin Nahdlatul Wathan Anjani. Wapres juga menyatakan bersyukur pesantren tumbuh berkembang di seluruh Indonesia sampai ke Indonesia Timur di Lombok Timur. "Bukan saja organisasi Islam yang besar seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, di NTB ada Nahdlatul Wathan, di Kalimantan ada Hidayatullah, di Sumatera ada Al Wasliyah, semua memberi sumbangan besar bagi berkembangnya ilmu dan sekaligus agama di Indonesia," katanya. Di NTB, ujar Wapres, pesantren lebih banyak dari sekolah negeri, artinya amal jariyah ulama lebih banyak dari pemerintah dalam membangun pendidikan hingga ke pelosok NTB. Rombongan selain terdiri atas Wpres beserta istri ibu Mufidah Jusuf Kalla, juga Wakil Ketua MPR AM Fatwa, anggota DPR Ali Mochtar Ngabalin, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Menteri PU Djko Kirmanto dan Menteri Negara BUMN Sofyan A Djalil serta Dirut Perum Bulog Mustafa Abubakar serta Gubernur NTB Lalu Serinata.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008