Tokyo, (ANTARA News) - Toyota Motor Corporation (TMC) menargetkan pada 2020 semua model mobil yang diproduksinya menggunakan teknologi hibrid guna menekan emisi gas buang CO2 dan menghemat penggunaan bahan bakar minyak (BBM). "Kami akan berupaya keras menerapkan teknologi hibrid pada semua jenis kendaraan pada 2020," kata Presdir TMC, Katsuaki Watanabe, pada Toyota Environment Forum, di Tokyo, Jepang, Rabu. Saat ini TMC menggunakan teknologi hibrid pada sembilan model kendaraan yang diproduksinya antara lain yang dipamerkan pada gerai pamer TMC di Megaweb adalah Prius, Lexus seri GS, Estima, Harrier, Highlander, dan Camry. Watanabe mengatakan penjualan kumulatif mobil Toyota dengan teknologi hibrid telah melampaui 1,5 juta unit pada akhir bulan lalu terhitung sejak mobil toyota hibrid pertama yaitu Prius diluncurkan pada 1997. Ia menargetkan pada 2010 penjualan mobil hibrid Toyota mampu menembus angka penjualan satu juta unit per tahun. "Kami akan bekerja keras untuk mencapai penjualan satu juta unit mobil hibrid per tahun secepatnya," ujar Watanabe. TMC menghitung dengan penggunaan teknologi hibrid sejak 1997, perusahaan tersebut telah memberi kontribusi penurunan emisi gas buang CO2 sekitar tujuh juta ton dan penghematan BBM sekitar 2,7 juta kilo liter. "Rata-rata efisiensi pemakaian BBM mobil baru Toyota (hibrid) yang telah dijual di Jepang selama 10 tahun dari 1997 sampai 2007 tumbuh sekitar 28 persen," kata Watanabe. Ia menegaskan pihaknya akan terus mendorong penggunaan teknologi hibrid pada semua model karena teknologi tersebut terbukti mampu menekan emisi gas buang CO2 dan menghemat penggunaan BBM. Selain mengembangkan mobil dengan mesin teknologi berteknologi hibrid yang menggunakan BBM, TMC juga mengembangkan mesin dengan teknologi hibrid yang menggunakan bahan bakar bio energi, listrik dan hidrogen. "Kami memandang bio energi, listrik, dan hidrogen sebagai sumber energi alternatif pengganti BBM," katanya. Bahkan, pihaknya berencana meluncurkan mobil hibrid yang juga menggunakan energi listrik (Plug in Hybrid Vehicle, PHV) dengan baterai lithium pada 2010. Ia yakin PHV yang dikombinasikan dengan teknologi "Flexiable Fuel Vehicle" (FFV) dan menggunakan sumber listrik dari photovoltaic dan etanol akan mampu mengurangi emisi gas buang CO2 sampai nol. Watanabe mengatakan pihaknya sangat peduli terhadap pemanasan global, sehingga produksi kendaraan juga harus mampu mengurangi pemanasan global dengan mengembangkan teknologi ramah lingkungan, seperti hibrid. TMC meyakini dengan fokus pada penghematan energi dan mengurangi pemanasan global, maka akan ada kesinambungan produksi kendaraan bermotor. "Tanpa itu, tidak ada masa depan bagi kendaraan bermotor," katanya. Apalagi, lanjut dia, tingkat kepemilikan mobil di dunia terus meningkat terutama di negara berkembang yang akan memicu peningkatan pemanasan global bila tidak disertai pengembangan teknologi yang hemat energi dan menekan emisi gas buang. Saat ini diperkirakan kepemilikan mobil di dunia mencapai sekitar 900 juta unit dan akan mencapai satu miliar unit pada 2010, kemudian diproyeksikan mencapai 1,5 miliar unit pada 2020. Pertumbuhan produksi mobil Toyota saja mencapai sekitar 170 persen dalam 17 tahun terakhir. Pada 2007 TMC memproduksi 8,53 juta unit kendaraan atau naik 1,7 kali lipat dibandingkan tahun 1990 yang mencapai 4,89 juta unit. Pada 1990 TMC hanya memiliki 20 basis produksi di 14 negara dan pada 2007 telah memiliki 53 basis produksi di 27 negara. Sementara itu, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Joko Trisanyoto mengatakan pihaknya belum memasarkan mobil hibrid di Indonesia, karena harganya masih tinggi dibandingkan dengan mobil biasa dengan spesifikasi yang sama. "Pasar mobil hibrid berkembang di sejumlah negara maju, karena pemerintahnya memberi insentif (fiskal).Di Indonesia tergantung pada kebijakan pemerintah mau kemana, apakah mengembangkan mobil ramah lingkungan atau mobil murah, semua tergantung maunya pemerintah," ujarnya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008