Jakarta, (ANTARA News) - Publik perlu mewaspadai beredarnya pil psikotropika mirip permen coklat berlabel "Happy Five" produksi Jepang yang diduga telah lama beredar di Indonesia, kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Husniah Rubiana Thamrin Akib.
Ini lantaran "Happy Five", yang pada Senin (9/5) mengakibatkan lima siswa taman kanak-kanak dirawat di rumah sakit.
"Ini adalah produk dari Jepang, di sana namanya Erimin, nama jalanannya `Happy Five`. Itu memang ditengarai sudah beredar di banyak negara Asia Tenggara seperti Singapura, Laos, Hongkong dan Indonesia," katanya di Jakarta, Selasa.
Menurut Husniah, pada 28 Desember 2007 polisi juga menemukan 460 butir "Happy Five" di antara ribuan pil ekstasi yang disimpan di sebuah kamar kost di Jalan Krekot Jaya Molek Blok G, Jakarta Pusat.
Husniah menjelaskan, pil berisi bahan kimia nimetazepam yang merupakan turunan dari benzodiazepin itu sering dipakai sebagai pengganti ekstasi dan opiat.
"Psikotropika jenis ini menyebabkan penggunanya rilex, mengantuk, teler, dan selalu ingin tidur. Bahan ini berbahaya, apalagi bila dikonsumsi oleh anak-anak atau orang lanjut usia," katanya.
Tentang barang mirip permen coklat yang membuat lima siswa taman kanak-kanak teler Senin (9/6) lalu, Husniah mengatakan saat ini pihaknya tengah meneliti barang tersebut di laboratorium.
"Sekarang kami sedang melakukan penelitian laboratorium. Dan jika permen coklat itu memang modifikasi `Happy Five`, aparat akan semakin sulit mencegah peredarannya," katanya.
Sebelumnya lima siswa Taman Kanak-kanak Sekar Bangsa dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, karena teler setelah mengonsumsi permen coklat yang ternyata adalah barang yang mengandung psikotropika yang nama jalanannya menurut Husiah "Happy Five."
Salah satu korban, mendapatkan permen tersebut dari sang ibu yang mengambil barang tersebut dari tas sang ayah. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008