Dubai, Uni Emira Arab (ANTARA) - Arab Saudi telah mengangkat putra raja, Pangeran Abdulaziz bin Salman, sebagai Menteri Energi untuk menggantikan Khalid Al-Falih, menurut laporan kantor berita Arab Saudi, SPA, dengan mengutip dekrit raja.
Pengangkatan tersebut merupakan kali pertama seorang anggota keluarga As-Saud --yang berkuasa-- memangku jabatan menteri energi di negara pengeskpor minyak utama di dunia itu.
Pangeran Abdulaziz adalah anggota lama delegasi Arab Saudi, negara No. 1 pengekspor minyak mentah di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), dengan pengalaman selama beberapa dasawarsa di sektor perminyakan.
Sebagai veteran dalam pengambilan kebijakan OPEC, Pangeran Abdulaziz diperkirakan takkan mengubah kebijakan perminyakan kerajaan tersebut, sebab ia membantu merundingkan kesepakatan saat ini antara OPEC dan negara non-OPEC untuk memangkas pasokan minyak mentah global guna mendukung harga dan keseimbangan pasar, kata banyak pengulas.
Pada 2017, ia diangkat sebagai Menteri Negara Urusan Energi, dan telah bekerja sama secara erat dengan menteri perminyakan sebelumnya, Ali An-Naim, sebagai wakilnya selama bertahun-tahun.
Baca juga: Minyak naik sekitar dua persen setelah serangan di fasilitas Saudi
Sebagian orang dalam industri mengatakan pengalaman lama pangeran itu telah meruntuhkan apa yang sejak dulu dipandang sebagai ketidakmungkinan untuk mengangkat anggota keluarga kerajaan mengisi jabatan menteri energi di Arab Saudi.
Menurut pemikiran lama, keluarga As-Saud yang berkuasa telah memandang portofolio minyak sebagai aspek sangat penting sehingga menyerahkan jabatan itu kepada seorang pangeran bisa mengganggu keseimbangan kekuasaan rumit dinasti.
Pemberian jabatan kepada sosok itu juga dipandang bisa membuka kemungkinan bahwa kebijakan perminyakan akan terjebak ke dalam politisasi oleh pangeran.
Arab Saudi sejak 1960 memiliki lima menteri perminyakan, tak seorang pun berasal dari keluarga kerajaan.
Pada Agustus, Arab Saudi mendirikan Kementerian Sumber Daya Mineral dan Industri. Kementerian itu terpisah dari Kementerian Energi, kementerian yang sangat besar di kerajaan itu.
Baca juga: Saudi - Rusia kurangi pasokan, harga minyak di perdagangan Asia naik
Sebelum keputusan pemisahan, Falih telah mengawasi lebih dari separuh ekonomi Arab Saudi melalui kementerian super tersebut, yang dibentuk pada 2016 untuk membantu menyeragamkan pembaruan.
Pekan lalu, Falih dicopot dari jabatannya sebagai ketua dewan direktur perusahaan raksasa minyak negara Aramco, dan Yasser Ar-Rumayyan --yang memimpin dana kekayaan kedaulatan, diangkat sebagai ketua baru.
Sebagian besar pada 2019, Arab Saudi memompa kurang dari 10 juta barel minyak per hari. Jumlah itu berada di bawah kesepakatan produksi Saudi di OPEC.
Falih telah membantu menengahi kesepakatan itu dengan para produsen non-OPEC, yang dipimpin oleh Rusia. Ia muncul sebagai sosok utama OPEC dan diplomasi minyak kerajaan itu selama lebih dari tiga tahun belakangan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Saudi: Hanya Rusia yang belum tentukan perpanjangan OPEC
Baca juga: Arab Saudi berkomitmen pasok pasar minyak pascaserangan
Arab Saudi Buka Keran Investasi di Malang
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019