Lebak (ANTARA News) - Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dua pekan lalu menyebabkan pengemis di Kabupaten Lebak, Banten, mulai "menyerbu" pemukiman penduduk akibat himpitan ekonomi.Pantauan ANTARA, Minggu, ratusan pengemis di Perumahan BTN Depag, Pasir Ona dan pemukiman warga lainya di kota Rangkasbitung berkeliling mendatangi rumah warga untuk meminta belas kasihan.Sebagian besar mereka rata-rata berusia lanjut juga mengalami cacat fisik."Sejak naiknya BBM, saya tak mampu lagi membeli beras dan sewa rumah," kata Ny Onah (60) seorang pengemis warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.Bantu ekonomi keluargaMenurut dia, pemberian belas kasihan warga itu berupa uang dan beras sehingga dapat membantu ekonomi keluarga. Apalagi, sekarang ini berbagai kebutuhan pokok naik menyusul kenaikan BBM. "Saya bisa mencukupi kebutuhan bahan pokok juga mampu membayar sewa rumah dari hasil sedekah warga itu," katanya. Sebetulnya, menurut dia, dirinya merasa malu kepada saudara atau tetangga menjadi profesi mengemis. Selain itu, untuk berjalan juga tergopoh-gopoh karena faktor usia yang semakin menua. Akan tetapi, kebutuhan ekonomi sehari-hari sangat mendesak, sehingga terpaksa mengemis untuk meminta sedekah warga. "Selama ini bisa menghidupi dua cucu dan seorang anak," kata Ny Onah sambil mengaku sudah sepuluh tahun ditinggalkan suami karena meninggal dunia. Ahmad (65) warga Desa Pasir Kupa,Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, mengaku, dirinya merasa kesulitan untuk mencukupi kebutuhan bahan pokok menyusul naiknya BBM. "Sekarang saya hidup hanya pemberian belas kasihan orang karena sudah tak mampu bekerja," katanya. Ia mengatakan,setiap hari dirinya berjalan hingga puluhan kilometer dengan cara berkeliling masuk kampung keluar kampung lain untuk mengemis. "Kami per hari dapat uang antara Rp30 sampai Rp40 ribu. Sebagian uang itu dibelikan beras dan lebihnya ditabungkan," katanya. Sementara itu, Nurmanah (48) warga BTN Pasir Ona Rangkasbitung, menyatakan, selama naiknya BBM pihaknya sering didatangi pengemis bahkan sehari bisa mencapai 20 orang. "Karena itu, kami sehari selalu menyisakan uang belanja untuk meringankan beban hidup mereka," ujar Nurmanah.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008