Banjarmasin (ANTARA News) - Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Dr.H.Hasan Zain, Sp.P, berpendapat, untuk Indonesia bangkit dari keterpurukan perlu revolusi mental/spiritual.
"Tanpa revolusi mental/spiritual nampaknya tak mungkin Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan. Untuk revolusi mental/spiritual tersebut harus secara Islam kaffah yang berdasarkan Al Qur`an dan Al Sunnah (hadits Nabi Muhammad Saw)," tandasnya pada dialog publik 100 Tahun Kebangkitan Nasional di Banjarmasin, Sabtu.
Dalam dialog publik yang digelar ICMI Kalsel dan bertempat di aula Rumah Sakit Islam Banjarmasin (RSIB) itu, mantan Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) tingkat provinsi tersebut, mengekukakan paparan dengan topik, "Membangkitkan Kualitas Ke-Islam-an Umat".
Menurut dia, pada dasarnya kualitas manusia atau umat termasuk rakyat/bangsa Indonesia secara garis besar terbagi tiga, yaitu baik, sedang dan jelek. Asumsi sementara untuk Indonesia, kualitas ke-Islam-an masih tergolong jelak, sebagai indikator tingkat korupsi di negeri ini nomor satu bila dibandingkan dengan negara-negara se Asia.
Jeleknya kualitas tersebut dikarenakan virus "al wahn" yaitu cinta dunia dan takur mati, bukan cinta dan takut kepada Allah. Padahal cinta dan takut Allah modal dasar dan utama untuk Indonesia bangkit, lanjut dokter spesialis paru dan mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu.
Direktur RS Islam Banjarmasin tersebut, menyatakan, kata kunci paket Islam Kaffah adalah Ma`rifat (mengenal Allah swt), Syariat (tunduk-taat kepada hukum Allah swt), Tariqat (ingat selalu kepada Allah swt), Haqiqat (sadar tentang eksistensi diri di hadapan Allah swt), Jihad (berjuang membela agama Allah swt), Taqwa (melakukan kebajikan-amal saleh), Ihsan, ridha Allah dan Rahmatan lil alamin.
Dengan paket Islam Kaffah insya Allah individu muslim mampu mencapai kualitas beragama yang paling baik sesuai Al Qur`an Surat An Nisa ayat 125 yang menyatakan, "Siapakah yang paling baik (kualitas) agamanya selain orang yang menyerahkan (aslama) wajah/dirinya kepada Allah swt (fisik-syariat/batin-haqiqat) dan dia mengerjakan kebajikan (ihsan) dan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim a.s. sedangkan Allah mengambil Ibrahim a.s sebagai kekasihNya", demikian Hasan Zain.
Sementara peserta dialog dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banjarmasin, berpendapat, keterpurukan bangsa di negeri ini karena krisis iman, yang berakibar pada krisis mental dan moral.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas iman tersebut perlu setiap kaum muslim, dimanapun dan pada kesempatan apaun harus melakukan da`wah agama, sarannya.
Sedangkan H.Lambran Ladjim (80), seorang tokoh veteran perjuang di Kalsel, berpendapat, revolusi mental harus dimulai dari tingkat pejabat tinggi negara/pemerintahan.
"Sebagai contoh, kalau gaji pejabat negara saat ini Rp60 juta per bulan, maka harus berani berkorban 50% untuk kepentingan bangsa dan negaranya. Contoh itu penting sebagai bagian dari revolusi mental," demikian Lambran Ladjim.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008