Jakarta (ANTARA) - Pusat Kebudayaan Belanda, Erasmus Huis Jakarta memamerkan foto-foto pemenang The World Press Photo, ajang tahunan penghargaan bagi jurnalis foto di seluruh dunia.
Koordinator Pameran World Press Photo, Suzan van den Berg saat pembukaan pameran di Jakarta, Kamis malam mengatakan, pameran ini digelar di lebih 100 kota dan 45 negara setiap tahunnya.
"Pameran tahunan World Press Photo akan menunjukkan visual terbaik dari foto jurnalistik setiap tahunnya. Sebelum dipamerkan keliling dunia, pameran ini akan digelar di Amsterdam pada April," kata Suzan.
Kali ini ada sekitar 4.738 fotografer dari 129 negara yang mengikuti kontes tersebut. Total ada 78.801 foto yang harus diseleksi oleh juri independen.
Foto yang dinobatkan sebagai World Press Photo of the Year adalah karya foto berjudul Crying Girl on the Border kaya fotografer John Moore.
Baca juga: Antara pamerkan foto catatan sejarah Indonesia
Baca juga: Foto kaum migran di Djibouti menangkan World Press Photo
Foto itu bercerita tentang seorang anak dari Honduras, Yanela Sanchez yang menangis ketika dia dan ibunya, Sandar Sanchez, ditangkap petugas perbatasan AS di McAllen, Texas, AS.
Hal itu terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan nol toleransi kepada imigran. Karena itu ketika para imigran melewati perbatasan Amerika Serikat ditangkap dan dapat dijatuhi hukuman. Akibatnya banyak orang tua yang ditangkap kemudian terpisah dari anak-anak mereka karena harus menjalani hukuman.
Sementara itu, untuk World Press Photo Story of the Year diraih oleh Pieter Ten Hoopen dengan karya berjdul The Migrant Caravan.
Foto-foto yang ditampilkan bercerita tentang para migran dari Amerika Tengah berpergian dengan karavan ke Amerika Serikat. Mereka pergi ke Amerika Serikat berharap mendapat kehidupan yang lebih baik karena di negaranya menghadapi penindasan politik dan kekerasan.
Foto-foto dari kategori lain seperti lingkungan, alam dan isu kontemporer juga turut ditampilkan dalam pameran tersebut. Pameran berlangsung pada 6-26 September 2019.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019