Jakarta (ANTARA News) - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menilai aksi Front Pembela Islam (FPI) di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, pada 1 Juni 2008 adalah akibat aksi Ahmadiyah. "Reaksi FPI karena ada aksi, dalam hal ini Ahmadiyah yang dibawa-bawa atas nama kebebasan beragama," kata Sekretaris Fraksi PPP DPR, Suharso Monoarfa, di Jakarta, Jumat, menanggapi kekerasan yang dilakukan aktivis FPI terhadap Aliansi Kebebasan untuk Kemerdekaan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) di Monas pada 1 Juni 2008. Akibat tindakan FPI, sejumlah anggota AKBB menderita luka-luka dan Ketua Umum FPI Habib Rizieq beserta sejumlah aktivis FPI ditahan Polda Metro Jaya. Sementara itu, tuntutan pembubaran FPI merebak di berbagai daerah. Suharso berpendapat, seandainya pemerintah segera memastikan keberadaan Ahmadiyah, maka peristiwa Monas tidak terjadi. "Sekarang seolah ada pergeseran isu. Tampaknya isu penistaan terhadap agama digeser ke kebebasan beragama," katanya. Meski demikian, kata dia, kekerasan tetap tidak dapat diterima oleh siapa pun. Mengenai pembubaran FPI, PPP menilai perlu dipikirkan penertiban organisasi semacam itu. "FPI itu sejenis LSM atau ormas," katanya. Menurut dia, banyak ormas yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana disebutkan dalam UU No.5/1985 tentang Keormasan. "Di lain pihak, kita belum punya UU tentang LSM, sehingga ketertiban dalam berorganisasi sebagai bagian dari hak berserikat yang konstitusional belum terbentuk," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008