Yogyakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memiliki peluang untuk menguat, dengan berbagai kebijakan yang akan dilaksanakan bank sentral itu.
"Upaya memperkuat nilai tukar rupiah ini penting dilakukan bersamaan dengan kebijakan meningkatkan `interest rate`," kata Deputi Gubernur BI, Hartadi A. Sarwono, dalam lokakarya wartawan moneter di Yogyakarta, Jumat.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat pagi turun tajam mencapai 35 poin menjadi Rp9.330/9.335 dari penutupan hari sebelumnya Rp9.295/9.323.
Menurut Hartadi, hingga saat ini belum ada kepastian mengenai tingkat inflasi hingga akhir tahun sebagai pengaruh dari meningkatnya harga minyak dan komoditas lainnya.
"Karena itu BI perlu memberikan sinyal berkaitan dengan inflasi ini dengan menaikkan BI rate 25 basis poin menjadi 8,50 persen," katanya.
Di sisi lain, BI juga akan berupaya memperkuat nilai tukar rupiah karena secara fundamental, terutama dilihat dari neraca pembayaran, ruang untuk penguatan nilai tukar rupiah terbuka.
Ruang penguatan rupiah itu, menurut Hartadi, paling tidak berasal dari dua hal, yaitu adanya peningkatan penerimaan dari migas dan adanya kemungkinan pinjaman luar negeri oleh pemerintah.
Penerimaan migas pemerintah selama ini masuk dalam cadangan devisa, sehingga memperkuat posisi cadangan devisa. BI akan melakukan "recycle" dana dari migas itu untuk upaya penguatan rupiah.
"Kalau pasar membutuhkan dolar seperti Pertamina untuk beli minyak, maka BI akan `recycle` tambahan devisa dari migas itu," kata Hartadi.
Ia juga menyebutkan, pinjaman luar negeri pemerintah juga selalu masuk dalam cadangan devisa RI.
Cadangan devisa RI pada akhir 2007 mencapai 56,92 miliar dolar AS, pada kuartal I 2008 mencapai 58,99 miliar dolar AS, dan pada akhir 2008 diperkirakan mencapai 69,03 miliar dolar AS. (*)
Copyright © ANTARA 2008